Mohon tunggu...
oomkomarudin
oomkomarudin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sendal Jepit

30 Desember 2011   14:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:33 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah berita heboh, kembali muncul di nagari ini. Heboh sebab, terjadi ketimpangan yang sangat jelas. Ketidakberpihakan hukum pada kaum dhuafa juga menyebabkan berita ini heboh. Banyaknya dukungan bagi si kecil yang di dzalimi dalam kasus ini, cukup jadi indikator hebohnya berita ini.

Setelah kasus nenek nenek yang ngambil buah coklat kemudian di sidangkan. Kemudian kasus uang receh buat pritasari. Dan kasus lainnya. kini sendal jepit yang jadi sorotan. Seorang anak kecil yang ngambil sendal jepit seorang anggota brimob harus berususan dengan pengadilan. 5 tahun penjara harus di jalani oleh si anak kecil jika pengadilan memutuskan demikian.

gara gara mengambil sendal jepit seorang anggota brimob, entah benar entah tidak, anak itu dijerat hukum pencurian. Bagi saya ada yang menarik dalam kasus ini.

Pertama, yang menarik bukan sendal jepitnya yang nota bene harganya murah, tapi lebih dari itu adalah anak kecil dan anggota brimob. Seandainya yang ngambil bukan anak kecil, maka menurut saya kasus ini tidak akan heboh. Kemudian, seandainya yang diambil bukan sendal jepit milik anggota brimob, anak itu tidak akan berhadapan dengan pengadilan.

Kedua, arogansi orang bersenjata, baik polisi atau tentara, dijaman serba terbuka seperti sekarang ini ternyata masih kentara. Ini mungkin warisan jaman orba dulu. Dulu kaum bersenjata itu ibarat raja yang bebas melakukan apapun pada orang lain. Jika ada apa apa senjata yang bicara. Rupanya warisan itu begitu kuat mengakar di negeri ini sehingga sekarangpun masih ada tersisa. Padahal sekarang mah zamannya keterbuakaan. Kalau ada apa apa HAM langsung membela.

Ketiga, terkait dengan yang kedua, gerakan mengumpulkan sandal jepit pun rame. Target terkumpul 1000 pun bukan hayalan. Ini bukti dari keterbukaan tadi. Mereka yang peduli pada wong cilik siap membantu mereka. di tambah dengan dunia komunikasi gerakan itu cepat sekali beredar. Dan yang sudah sudah cara seperti ini cukup berhasil mengubah keputusan. tengok saja masalah KPK dan prita yang tidak jadi disidangkan karena dukungan masyarakat luas.

Semoga kasus ini pun tidak berlanjut terus. Ayo kumpulkan terus sandal jepitnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun