Musim gugur ini tepatnya pada tanggal 15-21 September 2014 menjadi sangat spesial di kampus Woosong, Daejeon, Korea Selatan khususnya di jurusan Culinary Arts karena mereka kedatangan tamu, dua pengajar dari Sekolah Tinggi Pariwisata (STP), Nusa Dua, Bali yaitu Bapak A.A. Ketut Alit Pujawan, Ketua Jurusan Tata Boga, dan Bapak A. Gede Putra K.P. Dalem, Seketaris Jurusan Tata Boga. Kunjungan ini merupakan bentuk kerja sama lanjutan kedua belah pihak dalam bidang Tata Boga yang sudah berlangung selama satu tahun.
[caption id="attachment_363275" align="aligncenter" width="567" caption="Nasi Goreng dan Sambal Khas Indonesia"][/caption]
Dalam kunjungan ini selain mereka ingin belajar mengenai program Culinary Arts di kampus Woosong mereka juga mendapatkan kesempatan untuk mengenalkan makanan Indonesia di sana. Kebetulan pada semester ini ada satu kelas “Asian Cuisine” yang diajar oleh Chef Kevin L.Vu. di jurusan Culinary Arts Woosong. Di kelas ini para mahasiswa harus belajar berbagai masakan Asia termasuk Indonesia.
Kedua pengajar tersebut mengenalkan Nasi Goreng, Sate, dan juga beberapa Sambal khas Indonesia: Sambal Sera, Sambal Tomat, dan Sambal Mata dengan beberapa bahan yang mereka dapatkan di Korea Selatan. Sebelum kelas dimulai mereka memberikan pengenalan singkat mengenai Indonesia secara umum dan makanan Indonesia. Nampak sekali mahasiswa tertarik dengan penjelasan Bapak Alit dan Putra Dalem. Salah satu dari mereka menanyakan apa perbedaan antara Sambal dari Indonesia dan Malaysia.
[caption id="attachment_363278" align="aligncenter" width="567" caption="Bapak Putra Dalem Memberikan Demo Masakan Indonesia"]
Bagi orang Korea Sambal menjadi hal menarik karena kebanyakan makanan Korea pedas. Mereka juga punya makanan seperti sambal atau lebih sering disebut Gochujang. Sambal Korea ini sering dibawa oleh orang Korea kemanapun mereka pergi.
Sesudah itu semua peserta mengikuti kelas praktek memasak di salah satu dapur di jurusan Culinary Arts tersebut. Kedua pengajar ini sempat tertegun dengan fasilitas yang ada di sekolah Culinary Arts Woosong. Di sini mereka punya setidaknya 23 laboratorium atau lebih sering disebut dapur. Jurusan Culinary Arts universitas Woosong memang sangat populer di Korea dan menjadi program Culinary Arts terbaik saat ini di seluruh Korea Selatan.
[caption id="attachment_363279" align="aligncenter" width="484" caption="Mahasiswa Korea Memasak Nasi Goreng "]
Bagian pertama dari kelas praktek adalah demo masakan dengan mengenalkan berbagai bahan dalam membuat Sambal yaitu cabe merah, bawang merah, tomat, dan lain-lain. Kemudian mereka menjelaskan bagaimana memasak Nasi Goreng dan Sate. Demo masakan tersebut berlangsung sekitar 30 menit. Bapak Alit dan Putra Dalem kemudian meminta mahasiswa untuk kembali ke “station” mereka untuk mulai memasak.
Chan Yun Lee, salah satu mahasiswa menjelaskan bahwa dia sangat menikmati belajar masakan Indonesia karena bumbu masakan Indonesia yang banyak dan juga bau makanan Indonesia yang sangat sedap. Pendapat senada juga diberikan oleh Chef Kevin bahwa masakan Indonesia sangat menarik untuk dipelajari. Hanya sayang sekali masakan Indonesia masih kurang sepopuler masakan Thailand dan Vietnam di Korea Selatan.
Pemerintah Indonesia harus bekerja keras untuk mempromosikan masakan Indonesia. Di Korea sendiri belum ada restauran Indonesia. Ada beberapa warung tetapi mereka masih menyajikan makanan Indonesia ala kadarnya. Pengenalan masakan Indonesia lewat pengajaran langsung seperti ini dapat meningkatkan wawasan dan ketertarikan siswa dan masyarakat Korea mengenai makanan Indonesia.
[caption id="attachment_363281" align="aligncenter" width="560" caption="Mahasiswa Korea Memasak Sate "]
Saat ini belum banyak mahasiswa Korea yang secara khusus belajar masakan Indonesia. Hal ini bukan berarti mereka tidak suka masakan Indonesia tetapi lebih karena mereka tidak mengenal masakan Indonesia. Pada bulan Januari tahun ini Universitas Woosong mengirimkan kurang lebih 30 mahasiswa dari jurusan Culinary Arts belajar masakan Indonesia di Bali dan Surabaya.
Di akhir kelas, para mahasiswa tersebut harus menyajikan masakan yang telah mereka masak. Sesudah itu mereka makan bersama-sama. Kelas yang hanya berlangsung selama empat jam tersebut semoga dapat lebih mengenalkan masakan Indonesia ke dunia internasional khususnya di Korea Selatan.
(My FB Page: Travel with Ony Jamhari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H