Mohon tunggu...
Ony Jamhari
Ony Jamhari Mohon Tunggu... profesional -

Ony Jamhari adalah Entrepreneur, Travel Writer, and Educator FB Page: Travel with Ony Jamhari Instagram and Twitter: @ojamhari or @alsjuice

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Sehe Bok Mani BaduSeyo, 새해 복 많이 받으세 di Gunung Bomun Korea Selatan

1 Januari 2013   09:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:41 378
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1357031299446484258

[caption id="attachment_232770" align="aligncenter" width="491" caption="Tenda Berbagi Kopi dan Odeng "][/caption]

Pesta kembang api, menyalakan mercon, meniup terompet adalah beberapa hal yang sering kita saksikan ketika acara pergantian tahun baru berlangsung. Di Korea Selatan perayaan tahun baru sedikit berbeda. Ini kali kedua saya merayakan tahun baru di negeri ginseng. Pada kesempatan pertama saya berharap ada pesta kembang api. Kala itu saya dan beberapa mahasiswa sudah menunggu di daerah dekat City Hall, Seoul tetapi bukan pesta kembang api tetapi pemukulan Bosingak bell yang ada.

Menurut beberapa sumber, jika sampai Korea Selatan mengadakan pesta kembang api maka hal ini akan memprovokasi saudaranya yaitu Korea Utara. Namun saya sendiri lebih melihat hal ini sebagai kebijakan pemerintah dan juga waktu yang tidak menunjang. Pergantian tahun baru selalu terjadi ketika musim dingin dan suhu udara biasanya minus derajat. Kegiatan lebih banyak berlangsung di dalam ruangan dari pada di luar ruangan.

Pada tahun baru kali ini, saya memilih menghabiskan waktu dengan mahasiswa, teman, dan terlibat dalam kegiatan kampus yaitu hiking dan memberikan makanan dan minuman kepada para pendaki di gunung Bomun di kota Daejeon. Suhu udara berkisar -11 derajat pada tanggal 31 Desember 2012 ketika saya dan beberapa mahasiswa Indonesia mengadakan makan malam di sebuah restauran di pusat kota Daejeon. Kami memilih menu tradisional Korea; jjimdak seperti semur ayam di Indonesia supaya rasa kangen dengan tanah air terobati.

Suasana tidak begitu ramai tetapi hampir sebagian restauran penuh dengan keluarga Korea yang datang untuk makan malam. Namun demikian banyak sebenarnya keluarga Korea yang memasak dan mengundang keluarga besar mereka untuk makan malam bersama di rumah. Bagi yang sudah bekerja kesempatan ini juga menjadi kesempatan baik untuk membagikan uang kepada saudara yang belum bekerja.

Sesudah selesai makan saya melanjutkan untuk pergi ke Musholla An-Noor untuk bertemu jamaah Imnida (Ikatan Muslim Indonesia di Daejeon), yang sebelumnya membuat tumpeng untuk makan malam mereka. Musholla yang dikelola oleh orang Indonesia berada tepat di daerah pusat kota Daejeon. Ada sekitar kurang lebih 20 jamaah yang sudah hadir di tempat itu. Sebagian besar jamaah ini adalah para pekerja Indonesia yang bekerja dan tinggal di kota Daejeon dan sekitarnya.

Tepat jam sepuluh malam para jamaah mengadakan Muhasabah akhir tahun yang dipimpin oleh Ustadz Wandi, salah satu mahasiswa yang sedang belajar di Korea Selatan.Acara ini bertujuan untuk merenung akan tahun yang telah berlalu dan mempersiapkan diri dan motivasi untuk tahun yang akan datang. Acara yang berlangsung kurang lebih sekitar satu jam ini berlangsung dengan kidmat dan sangat mengharukan. Banyak dari para jamaah yang menangis karena teringat akan keluarga di tanah air. Para pekerja Indonesia di Korea sebagian besar bekerja di sektor semi formal. Tidak ada pembantu rumah tangga di Korea tetapi mereka kebanyakan bekerja di pabrik. Setiap perayaan tahun baru seperti ini mereka dapat libur tahun baru dan menghabiskan waktu bersama teman-teman.

Walaupun ini bukan kali pertama saya ikut acara Muhasabah tetapi kali ini nuansa sedikit berbeda. Saya tidak dapat mengambarkan perasaan saya tetapi saya sangat senang dapat berkumpul dengan saudara setanah air dan merayakan tahun baru dengan mereka. Puncaknya ketika jam dua belas dimana tahun sudah berganti. Saya dan beberapa jamaah pergi ke luar musholla. Masih banyak orang yang kami temui tetapi tidak sebanyak sebelum tahun baru. Mereka kebanyakan mencari makanan hangat seperti Odeng, Topokki, Kimari (makanan tradisional Korea) yang dijual di warung-warung di sepanjang pusat kota.

Tidak lama sesudah itu saya kembali ke apartemen untuk menyiapkan diri untuk melakukan hiking dengan teman-teman di kampus. Tepat jam 5:00 pagi saya berangkat dengan dua tiga kolega saya dan 15 mahasiswa dengan mobil ke gunung Bomun yang berlokasi kurang lebih 20 menit perjalanan. Kali ini saya benar-benar mempersiapkan dengan baik. Kaos tangan, jaket 3 lapis, sepatu mendaki, celana mendaki, dan topi untuk bekal di puncak Bomun. Suhu udara ketika itu diramalkan sekitar -16 dan matahari baru terbit sekitar jam 07:39. Ada kemungkinan  salju akan turun dengan lebat.

Tepat sekitar jam 05:30 pagi kita semua sudah sampai di tempat parkiran untuk mengelar tenda. Bersama dengan dosen, staf, dan mahasiswa kami menyiapkan kopi dan juga makanan panas gratis kepada para pendaki yang akan menghabiskan waktu di gunung Bomun. Di sini saya melihat semangat dan solidaritas masyarakat Korea yang luar biasa. Di tengah udara yang benar-benar dingin mereka bekerja dengan cepat untuk menyiapkan sekitar 1,000 cangkir kopi dan juga 500 odeng (sate ikan Korea) panas. Pemimpin kami memberikan instruksi mengenai apa yang harus kami lakukan ketika sebelum membagikan makanan kepada para pendaki sebelum naik ke gunung: Sehe Bok Mani BaduSeyo yang artinya Selamat Tahun Baru.

Sebagai orang asing saya melihat apa yang dilakukan pihak kampus benar-benar sangat mengesankan. Walaupun ini bukan tradisi tahun baru di Korea, saya melihatnya sebagai sisi kebersamaan dan perhatian kampus kepada orang lain. Kebetulan kampus saya, SolBridge International School of Business hampir 80% siswanya adalah bukan berasal dari Korea. Pihak kampus ingin menanamkan nilai-nilai pendidikan positip kepada mahasiswa asing melalui kegiatan ini. Yang membuat saya juga kagum mulai jam 06:00 pagi ribuan orang mulai berdatangan ke gunung Bomun untuk menghabiskan hari pertama mereka di sana. Rasa dingin dan kantuk seakan tidak mengurungkan niat mereka untuk pergi ke gunung.

Tepat jam 07:00 pagi salju turun dengan lebatnya. Saya dan seorang profesor warga negara Pakistan sangat kesulitan untuk mencari tempat menjalankan sholat shubuh. Sajadah yang sudah kami siapkan kami gelar di jalan yang bersalju. Rasa syukur hadir dalam jiwa saya karena masih dapat mengerjakan sholat Shubuh di tengah cuaca yang sangat tidak baik. Beberapa teman mulai mendaki tetapi saya sendiri memilih untuk tinggal di tempat dan mengobrol dengan banyak orang Korea yang saya jumpai di tenda. Senang sekali di awal tahun saya dapat melihat semangat positif dari wajah-wajah mereka.

Akhirnya kami semua harus kembali ke kampus. Sebelum pulang Wakil Rektor kami yang memimpin rombongan mengucapkan terima kasih dan mengajak kami semua makan Tteok Manduguk, sup nasi dengan telor, makanan tradisional Korea yang khusus dimakan dihari pertama tahun baru. Awal tahun baru ini saya belajar nilai baru dari orang-orang Korea. Saya berharap bahwa tahun 2013 menjadi tahun yang baik bagi kita semua. Sehe Bok Mani BaduSeyo, Selamat Tahun Baru, Sukses Bagi Kita Semua.

SolBridge, Daejeon, 1 Januari 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun