Mohon tunggu...
Ony Jamhari
Ony Jamhari Mohon Tunggu... profesional -

Ony Jamhari adalah Entrepreneur, Travel Writer, and Educator FB Page: Travel with Ony Jamhari Instagram and Twitter: @ojamhari or @alsjuice

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kartini-Kartini Indonesia di Korea Selatan

21 April 2014   16:18 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 812
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hidup adalah perjuangan. Kehidupan di negeri orang, khususnya di Korea Selatan sangat berbeda dengan apa yang dibayangkan oleh kebanyakan orang. Selama tinggal di Korea saya sangat senang dan bangga dapat mengenal empat perempuan tangguh ini. Bagi saya mereka tidak saja berprestasi tetapi juga turut membantu mengenalkan Indonesia di dunia luar. Mereka adalah Kartini-Kartini Indonesia di negeri ginseng.

Aulia Djunaedi

Perempuan asli Surabaya ini adalah satu dari sekian perempuan yang sudah cukup lama tinggal di Korea. Olia begitu orang sering memanggilnya sudah lebih dari 10 tahun tinggal di Korea. Olia menyelesaikan pendidikan S2 dan S3-nya di Korea Selatan. Umurnya masih sangat muda di bawah 40 tahun. Saat ini Olia bekerja sendiri yaitu menjadi pengajar bahasa dan kebudayaan Indonesia di sekolah dan perusahaan-perusahaan Korea.

Selain itu Olia adalah salah satu penulis produktif. Dia sudah menulis 3 buku pelajaran bahasa Indonesia dalam bahasa Korea yang diterbitkan di Korea. Sedangkan buku terbarunya dalam bahasa Indonesia adalah “My 20’ in Korea Fighting”. Mengobrol dengan Olia sangatlah menyenangkan. Seperti dalam buku yang ditulisnya menjadi perempuan yang tinggal dan bekerja lebih dari 10 tahun di Korea Selatan sangatlah tidak mudah “Fighting”.

Menurutnya tantangan terbesar adalah kita harus mengikuti trend dan gaya model orang Korea. Mungkin ada sebagian dari kita yang berkata bahwa “Oh tidak apa-apa, semua orang khan berbeda, terserah boleh memakai baju warna apa saja, terserah mau berdandan boleh, tidak pun tidak apa-apa”. Namun pada kenyataannya semuanya berbeda. Dampaknya tidak begitu kelihatan tetapi jika diperhatikan semuanya akan berbeda.

“Perhatikan baik-baik”, orang Korea sangat memperhatikan dan menghargai penampilan: dari ujung kaki sampai ujung kepala mereka ingin kelihatan sempurna. Sebenarnya tidak ada salahnya mengikuti gaya mereka karena hal itu penting dan berdampak positip bagi kita. Hanya saja jangan terlalu berlebihan menurutnya. Kesuksesan akan mudah tercapai jika mengikuti gaya mereka. Selain itu gunakan waktu dengan sebaik mungkin; kurangi bermain FB, chatting di Kakao Talk, dll, katanya.

Aulia mengatakan bahwa semua perempuan wajib bersyukur karena ada Kartini. Jika tidak ada sosok seperti Kartini mungkin dia tidak akan sepercaya diri seperti sekarang. Tambahan lagi, jangan takut untuk sendiri. Kalau semua teman bersenang-senang, kumpul-kumpul melakukan ini itu tetapi sebenarnya anda tidak perlu ikut-ikutan. Belajar terbiasa sendiri untuk berkonsentrasi pada hal yang anda mau, “Fighting”.

[caption id="attachment_332572" align="aligncenter" width="465" caption="Olia bersama dengan murid-muridnya "][/caption]

Frida Wanti Aljamalulai Pigny

Perempuan berdarah Aceh ini belum cukup lama tinggal di Korea tepatnya 3 tahun 3 bulan. Namun demikian perempuan yang biasa dipanggil Frida ini sudah menorehkan prestasi yang sangat membanggakan. Bersama suaminya yang berasal dari Perancis, mereka merancang dan membuat produk mandi dan spa. Pada bulan Maret 2013, mereka mendirikan dan mengelola toko Frida’s Little Soap (www.fridaslittlesoap.com), sebuah toko kecil di Daejeon.

Tidak mudah bagi orang asing untuk mengeluti bisnis di Korea. Frida adalah satu dari sekian orang Indonesia yang tidak menikah dengan orang Korea yang dapat membuka dan menjalankan bisnis di Korea Selatan. Lewat penjuangannya bersama suamninya akhirnya dia mendapatkan kesempatan untuk membuka toko tersebut.

Menurutnya ada banyak sekali tantangan tinggal di Korea khususnya berkaitan dengan makanan.  Salah satunya adalah bagaimana memasak dengan bahan-bahan makanan yang harganya selangit dan namanya sulit diingat. Harga dan varian buah-buahan segar di Korea juga sangat sulit, hampir semuanya diimpor. Di sini, dia masak dengan tomat kaleng karena tomat segar langka, mahal, dan rasanya kurang menggigit dibanding tomat Indonesia.

Baginya sosok Kartini sangat penting. Hari Kartini merupakan peringatan bagi kaum perempuan Indonesia bahwa kita juga pejuang, tidak peduli berkebaya atau tidak. Dia berpikir bahwa perempuan Indonesia sangat mandiri dan kreatif. Namun demikian dia punya pesan bahwa “Hidup-mu sangatlah penting, maka prioritaskanlah yang dirasa penting itu, Jadikan hal yang dipikir penting itu nyata di kehidupan-mu”.

[caption id="attachment_332573" align="aligncenter" width="486" caption="Frida bersama suami di depan toko mereka "]

13980460362064442135
13980460362064442135
[/caption]

Tarsinih

Perempuan asal Sunda ini belum cukup lama tinggal di Korea, tepatnya sekitar 2 tahun dan 6 bulan. Mbak Shin panggilan akrab perempuan ini bekerja di sebuah perusahaan Korea yang membuat harum manis. Jika Anda pergi ke Daejeon tepatnya di Musholla An-Noor semua jamaah IMNIDA (Ikatan Muslimin Indonesia di Daejeon) pasti mengenal sosoknya yang sangat ramah dan siap membantu siapa saja.

Perempuan muda ini sangat aktif terlibat dalam kegiatan keagamaan di Korea khususnya di kota Daejeon.  Beliaulah yang selalu membantu jamaah dengan membuat makanan-makanan khas Indonesia. Jika kangen dengan makanan Indonesia maka Mbak Shin inilah yang menjadi rujukan. Di Musholla An-Noor bersama dengan beberapa jamaah dia juga mengelola Warung Indonesia dengan menjual berbagai produk makanan khas Indonesia. Kesempatan ini juga dia gunakan untuk belajar entrepreneurship di sini.

Sebagai seorang Muslim menurutnya bekerja di Korea yang paling sulit adalah berkaitan dengan perbedaan aqidah. Kita harus dapat menempatkan diri kita dengan baik di tenggah-tenggah  perbedaan yang sangat besar di Korea. Mbak Shin sangat bersyukur karena dia dapat bertemu dengan saudara-saudara dari Indonesia di Musholla An-Noor. Mereka tidak hanya sebagai teman tetapi juga telah menjadi saudara di Korea.

Hari Kartini baginya adalah hari penyemangat bagi perempuan Indonesia untuk tetap berkarya. Dia berpesan bahwa walaupun di Korea mereka menjadi minoritas mereka harus tetap semangat dengan menjalani kehidupan yang penuh tantangan asalkan tetap berada di jalan Allah. Dengan begitu hidup di Korea akan lebih mudah. Menurutnya kita juga harus dapat menerima dan menghargai perbedaan.

[caption id="attachment_332575" align="aligncenter" width="382" caption="Mbak Shin berkerudung putih di depan Warung Indonesia di Musholla An Noor Daejeon "]

1398046381625987234
1398046381625987234
[/caption]

Khullatin Hamroh

Ibu berasal dari Jawa dan beranak satu ini datang ke Korea dua tahun yang lalu. Meninggalkan putrinya di Indonesia adalah tantangan terberat bagi dirinya untuk bekerja di Korea. Perasaan bersalah selalu ada dalam hatinya setiap kali mengingat anaknya. Sebagai seorang Ibu dia sangat sadar akan tanggung jawabnya untuk mengasuh dan membesarkan anaknya sendiri. Namun demikian, dia tidak kuasa menolak ketika nasib membawanya ke Korea.

Perempuan yang biasa dipanggil mbak Ulan ini merasa senang bekerja di Korea. Sebagai tenaga kerja Indonesia hak-haknya sangat dilindungi di sini. Hal ini berdampak baik baginya karena dia dapat fokus bekerja tanpa takut dengan hal-hal lain yang dapat menggangu konsentrasinya. Bekerja keras menjadi motto dalam hidupnya. Kehidupan selalu penuh warna dan kita selalu dapat belajar dari kehidupan ini.

Baginya Kartini adalah tokoh yang sangat special di hatinya. Karena beliaulah saat ini hak-hak perempuan sejajar dengan laki-laki. Kartini juga menjadi contoh baginya untuk terus maju dalam menjalani kehidupan ini. Dia tidak pernah bermimpi untuk datang dan bekerja di Korea. Dia berpesan kepada untuk semua perempuan Indonesia untuk terus berkarya apapun bentuknya demi memajukan Indonesia.

Dia sangat menyadari bahwa saat ini dia hanya sebagai Ibu rumah tangga. Namun demikian dia akan selalu berusaha terbaik dengan memberikan hal yang terbaik kepada anak-anaknya karena dia yakin bahwa kunci keberhasilan mereka salah satunya ditentukan dari pendidikan keluarga terutama berasal dari Ibu.

[caption id="attachment_332574" align="aligncenter" width="491" caption="Mbak Ulan dalam diskusi (berjilbab Biru) bersama jamaah IMNIDA"]

13980461681883704349
13980461681883704349
[/caption]

Selamat Hari Kartini buat teman-teman semua. Tetap semangat untuk terus berkarya.(Daejeon, 21 April 2014, FB Page: Travel with Ony Jamhari)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun