Perjalanan ke Hanuel Park yang berlokasi di Kota Seoul pada akhir minggu lalu, 25 Oktober 2014 tidak saya rencanakan sebelumnya. Seorang teman yang sudah lama tinggal di Korea merekomendasikan saya untuk berkunjung ke taman ini karena saya suka fotografi. Menurutnya, pada musim gugur Hanuel Park menjadi tempat yang sangat indah karena adanya padang Ilalang alami yang tumbuh di sana.
[caption id="attachment_370351" align="aligncenter" width="630" caption="Memotret di Hanuel Park "][/caption]
Cuaca Kota Seoul pada hari tersebut sedikit mendung dengan suhu udara sekitar 10-15 derajat celcius. Suasana seperti ini sangat umum kami rasakan khususnya pada bulan Oktober di mana musim gugur sedang berlangsung di Korea Selatan. Bergegas kami pergi ke subway yang akan membawa kami ke Hanuel Park. Lokasi Hanuel Park tidak jauh dari World Cup Stadium tempat di mana Piala Dunia diselenggarakan pada tahun 2002 di Korea Selatan.
Sesudah sampai di World Cup Stadium, kami perlu berjalan kurang lebih 500 meter untuk pergi ke tempat ini. Tidak ada banyak orang yang kami temui ketika kami sampai di depan jembatan yang menghubungkan area di World Cup Stadium dengan Hanuel Park. Mungkin kami terlalu pagi sampai di sana. Namun demikian, saya paling suka dengan suasana seperti ini karena akan memudahkan saya untuk mengambil foto dan menikmati taman.
Untuk sampai ke puncak Hanuel Park kami harus naik tangga yang berbentuk zigzag berjumlah kurang lebih 300 tangga. Jika kita tidak mau naik tangga, kita pun dapat naik dengan mobil kecil yang akan membawa kita ke atas. Pandangan mata saya langsung tertuju ke deretan pohon yang berjajar sangat rapi di samping kanan tangga. Tidak banyak orang yang pergi ke sana karena kemungkinan mereka semua ingin langsung naik ke tangga.
[caption id="attachment_370353" align="aligncenter" width="630" caption="Foto bersama di sekitar taman Hanuel Park"]
Deretan pohon-pohon yang berjajar rapi ini mengingatkan saya akan Pulau Nami yang saya kunjungi dua minggu sebelumnya. Dugaan saya lokasi ini menjadi salah satu tempat yang paling bagus untuk mengambil gambar di sekitar Hanuel Park. Memang benar adanya ternyata sudah ada beberapa fotografer yang berada di sana selain beberapa pasangan Korea yang sibuk mengambil gambar.
Seperti di Pulau Nami, saya yakin pohon-pohon ini ditanam dengan mempertimbangkan beberapa aspek terutama keindahan. Kurang lebih sejam kami menghabiskan waktu di sini sebelum menuju ke puncak Hanuel Park. Waktu menunjukkan pukul delapan pagi dan suasana mulai ramai dengan banyaknya pengunjung yang tidak saja berasal dari Korea tetapi juga dari berbagai negara. Musim gugur memang menjadi salah satu musim tersibuk di Korea terutama bagi mereka yang ingin menikmati keindahan perubahan warna daun-daunan.
[caption id="attachment_370355" align="aligncenter" width="630" caption="Salah satu sudut di Hanuel Park"]
Perlu waktu dua puluh menit untuk menaiki tangga sebelum kami sampai di puncak Hanuel Park. Di kanan-kiri tangga dipasang lampion-lampion berwarna-warni. Ini menandakan bahwa banyak orang yang pergi ke sini pada malam hari. Hanuel dalam bahasa Korea berarti Sky. Orang Korea menyebut Hanuel Park sebagai Sky Park karena lokasinya yang sangat tinggi. Luas Hanuel Park diperkirakan mencapai 192,000 meter persegi. Saat ini Hanuel Park menjadi salah satu taman terbesar di Kota Seoul.
Sesampainya di puncak Hanuel Park pemandangan lain dapat saya lihat. Sebuah padang ilalang luas dengan rumput-rumput yang berwarna hijau dan coklat membuat suasana menjadi indah. Ternyata apa yang diceritakan teman saya benar adanya. Hanuel Park memang begitu indah pada musim gugur. Kami pun mulai berjalan menyusuri padang ilalang tersebut. Sesekali kami masuk ke dalamnya. Ada perasaan lain, kedamaian, ketika kami berjalan di tengah-tengahnya. Harapan kami saat itu semoga matahari bisa bersinar sehingga langit menjadi biru.
[caption id="attachment_370356" align="aligncenter" width="630" caption="Sungai Hangang dari atas Observatory Platform "]
Saya sendiri sangat kagum bagaimana pemerintah Kota Seoul dapat membuat taman ini. Berdasarkan sejarahnya, Hanuel Park dulunya adalah salah satu tempat lokasi pembuangan sampah terbesar, Nanjido di Kota Seoul. Mulai tahun 1994, pemerintah Kota Seoul ingin mereklamasi tempat ini dengan membuat sebuah proyek taman hijau. Usaha tersebut berbarengan dengan proyek pembuatan World Cup Stadium yang digunakan untuk Piala Dunia pada tahun 2002.
Perlu waktu kurang lebih enam tahun untuk menstabilkan lokasi tersebut untuk mencegah polusi lingkungan. Di taman ini juga ditempatkan lima generator listrik dengan memanfaatkan angin untuk menerangi taman. Gas metanol yang dihasilkan dari tanah didaur ulang sebagai bahan bakar untuk stadium dan juga beberapa apartemen di sekitar taman. Akhirnya dengan perencanaan yang baik dan usaha keras usaha reklamasi tersebut berhasil.
[caption id="attachment_370359" align="aligncenter" width="630" caption="Observatory Platform di Hanuel Park"]
Lebih dua jam kami berkeliling di taman ini sebelum kami beristirahat di Observatory Platform yang berada tepat di tengah-tengah taman. Banyak sekali orang yang sudah berada di sana. Dari tempat ini kami bisa melihat pemandangan yang tidak kalah indahnya. Tidak hanya hamparan ilalang tetapi kami juga dapat melihat gunung Namsan dan Sungai Hangang yang membelah Kota Seoul. Udara yang tadinya mendung sedikit demi sedikit menjadi cerah.
Akhirnya kami harus kembali ke Daejeon. Di dalam perjalanan pulang kami berdiskusi semoga Pemerintah Indonesia dapat mencontoh Korea dalam membangun taman-taman yang berorientasi kepada masyarakat luas. Hanuel Park adalah salah satu cerita sukses Korea Selatan dalam menyulap "Taman Sampah" menjadi sebuah taman yang indah di Seoul, Korea Selatan.
(Seoul, 29 Oktober 2014, FB: Travel with Ony Jamhari IG: @ojamhari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H