Mohon tunggu...
Ony Jamhari
Ony Jamhari Mohon Tunggu... profesional -

Ony Jamhari adalah Entrepreneur, Travel Writer, and Educator FB Page: Travel with Ony Jamhari Instagram and Twitter: @ojamhari or @alsjuice

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Mewujudkan Jakarta sebagai Smart City

16 Mei 2015   05:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:56 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14314886701294973590

[caption id="attachment_417086" align="aligncenter" width="567" caption="Mewujudkan Jakarta sebagai Smart City "][/caption]

Istilah Smart City atau Kota Cerdas semakin populer di tanah air karena banyaknya pemberitaan mengenai hal ini di beberapa media massa dalam beberapa tahun terakhir. Selain itu munculnya tokoh-tokoh pemerintah daerah yang membuat program berorientasi masyarakat semakin menjadikan hal ini lebih dikenal. Namun demikian tentunya masih banyak sekali orang yang kurang paham mengenai konsep kota cerdas.

Kota cerdasdidefinisikan sebagai wilayah perkotaan yang telah berkembang dengan menciptakan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kualitas hidup dengan memiliki keunggulan di berbagai bidang, misalnya ekonomi, mobilitas, lingkungan, masyarakat, kehidupan, dan pemerintah. Keunggulan ini dapat diperoleh melalui sumber daya manusia yang kuat, faktor sosial, maupun pembangunan infrastruktur ICT. (sumber www.selasar.com)

Jauh sebelum konsep ini muncul saya pernah merasakan kualitas hidup saya meningkat lebih baik setelah saya tinggal didistrik/kecamatanTembagapura yang terletak di kabupaten Mimika, Papua, tepatnya antara tahun 2002 dan 2003. Kawasan ini menjadi bagian dari perusahaan tambang PT Freeport Indonesia. Perlu waktu kurang lebih 2-3 tiga jam perjalanan darat dari bandara kota Timika menuju Tembagapura.

Wilayah berpenduduk 22.000 jiwa dengan luas 1.280 km2 sangat berbeda dengan daerah lain yang pernah saya tinggali atau kunjungi di Indonesia. Saya serasa tidak tinggal di Indonesia. Walaupun lokasinya sangat terpencil, semua akses baik sekolah, rumah sakit, dan supermarket dengan mudah saya dapatkan. Selain itu semuanya juga teratur. Saya merasa sangat aman dan nyaman tinggal di sana. Jika ada gelar “Smart Kecamatan/Distrik” mungkin saya akan pilih Tembagapura.

Sesudah tidak tinggal di Papua tepatnya antara tahun 2003 – 2015, saya mulai pindah dan tinggal di tiga kota di tiga negara berbeda. Pertama adalah Jakarta, kemudian ke Mountain View, California, Amerika Serikat dan Daejeon, Korea Selatan sebelum kembali lagi dan tinggal di Jakarta mulai tahun ini. Selama kurun waktu 12 tahun tinggal di kota-kota tersebut saya semakin sadar akan pentingnya memahami konsep kota cerdas dalam kehidupan kita.

Di Amerika tepatnya di Mountain View saya sangat terkesan dengan model pendidikan, perusahaan informasi dan teknologi, dan juga partisipasi masyarakatnya lewat kegiatan volunteerism.  Kawasan ini adalah bagian daerah Silicon Valleynya Amerika.  Tata kelola kotanya didasarkan dengan karakteristik kota sendiri dengan mengabungan antara informasi dan teknologi. Saya percaya bahwa perlu rencana matang dan waktu lama untuk membuat seperti ini.

Pengalaman serupa juga saya dapatkan selama saya tinggal di Daejeon, Korea. Kota berpenduduk 1.5 juta jiwa dan terbesar kelima di Korea dapat menggali potensi dan mem’branding’ dirinya sebagai kota pusat penelitian dan pendidikan di Korea Selatan. Seperti Mountain View di Amerika, kota Daejeon mendapat julukan Silicon Valleynya Korea. Saat ini lebih kurang 700 lulusan Ph.D bekerja di kota Daejeon.

Menariknya sebagai orang asing yang tinggal di kota Daejeon, kami diberikan kesempatan untuk membantu Daejeon dalam mewujudkan kotanya menjadi lebih baik. Di sini saya mendapatkan kesempatan menjadi Daejeon Foreign Counselor dan pernah memperoleh penghargaan A Model Foreign Citizen dari Walikota Daejeon pada tahun 2012karena kontribusi saya terhadap warga negara asing yang tinggal di Daejeon terutama dengan orang Indonesia.

Saat itu saya banyak membantu warga negara Indonesia khususnya Tenaga Kerja Indonesia untuk lebih dapat berkomunikasi dengan pihak pemerintah setempat. Salah satu kebutuhan mereka adalah tempat ibadah. Lewat komunikasi yang baik akhirnya kami dapat mendirikan musholla kecil yang kami namai An-Noor sebagai tempat beribadah untuk umat Islam di kota tersebut. Di samping itu saya juga aktif mengenalkan Indonesia ke masyarakat Daejeon.

Jakarta, Smart City, dan Partisipasi Masyarakat

Mewujudkan Jakarta sebagai kota cerdasbukan perkara mudah. Adalah tantangan bagi siapa saja untuk membenahi kota Jakarta dengan segala persoalannya. Mungkin Anda pernah dengar istilah Jakarta is a big durian while New York is a big apple. Walaupun Jakarta tidak indah dipandang dari luar pertama kali tetapi Jakarta selalu manis di dalamnya. Tidaklah mengherankan semakin banyak orang yang ingin datang mengadu nasib di ibu kota ini.

Dalam dua tahun terakhir 2013-2015, setiap liburan musim panas atau dingin saya selalu mengajak mahasiswa saya yang terdiri dari mahasiswa Korea dan internasional untuk datang ke Indonesia. Kesan mereka tentang Jakarta sangat beragam. Jakarta semrawut, macet, dan kotor menjadi hal yang tidak enak didengar. Namun demikian masih ada juga kesan yang positip tentang Jakarta seperti Jakarta is promising dan Jakarta is green.

Terlepas dari semua itu rasanya Jakarta memang tertinggal jauh dengan beberapa ibu kota di wilayah ASEAN seperti Singapura, Kuala Lumpur, dan Bangkok. Sangat nyaman sekali untuk berpergian di ketiga negara tersebut. Sistem transportasinya yang bagus, kotanya yang bersih, dan pejalanan kaki yang dihormati adalah hal yang saya impikan ketika saya tinggal di Jakarta. Untuk mencapai semua itu saya juga yakin bahwa ketiga negara tersebut mempunyai perencanaan yang matang.

Seakan tidak mau kalah dengan ibu kota negara tetangga untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota cerdas pemerintah DKI Jakarta meluncurkan website smartcity.jakarta.go.id dan juga mengandeng google, twitter, dan menggunakan berbagai aplikasi termasuk membuat aplikasi smart city untuk mensosialisasikan konsep kota cerdas tahun lalu. Di sini pemerintah DKI Jakarta memberikan informasi terkini tentang Jakarta.

Masyarakat pun diminta untuk ikut berperan aktif dengan memberikan masukan dan keluhan mereka tentang kondisi Jakarta yang kemudian akan ditindaklanjuti oleh pemerintah DKI Jakarta. Harapannya akan ada komunikasi dua arah antara pemerintah DKI Jakarta dan masyarakat. Program ini adalah langkah nyata bahwa pemerintah DKI Jakarta secara serius ingin mewujudkan Jakarta sebagai kota cerdas.

Untuk menilai sebuah kota layak digolongkan sebagai kota cerdas ada beberapa indikator penilaian yaitu  (1) Smart Economy: kota ditopang oleh perekonomian yang baik dengan memaksimalkan sumber daya/potensi kota. (2) Smart Society: kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan interaksi sosial dengan sesama masyarakat ataupun dengan pemerintah dan (3) Smart Environment tempat tinggal yang sehat, hemat dalam penggunaan energi serta dengan pengelolaan energi.

Ketiga penilaian tersebut harus didukung dengan layanan teknologi informasi komunikasi, tata kelola, dan peran sumber daya manusia yang baik. Di bawah ini adalah beberapa upaya yang menurut saya dapat dilakukan untuk menjadikan Jakarta sebagai kota cerdas.

Smart Economy

Jakarta sebagai Ibu kota dan pusat ekonomi memang selalu menarik siapa saja untuk tinggal dan bekerja di sini. Kamar Dagang dan Industri Indonesia (KADIN) mencatat bahwa 70% perputaran uang di Indonesia ada di Jakarta. Hal ini bisa kita lihat bagaimana proses pembangunan ekonomi, pusat pendidikan, dan industri yang berkembang secara masal di Jakarta. Jakarta sangat berbeda sekali dengan kota-kota lain di Indonesia.

Hanya saja kalau kita mau melihat lebih dalam saat ini hanya sebagian orang yang dapat menikmati itu semua. Walaupun kelas menengah diprediksikan naik tetapi tetap saja kita masih melihat bahwa banyak sekali orang miskin di ibukota. Kesenjangan antara orang kaya dan miskin sangat terlihat jelas di sini. Pembangunan ekonomi di Jakarta seharusnya dapat menyentuh rakyat menengah ke bawah. Salah satu caranya adalah melibatkan mereka dalam pembangunan.

Masyarakat yang datang ke ibukota ini sangat beragam. Segala sesuatu khususnya yang berkaitan dengan pengambilan kebijakan harus dipertimbangkan dengan matang. Sering kali misalnya kita melihat pembangunan perumahan atau mall di Jakarta lebih diprioritaskan dari pada pembangunan rumah susun atau perumahan untuk kelas menenggah ke bawah. Sudah umum di Jakarta ini kita mendengar bahwa pembangunan hanya untuk golongan kaya.

Dengan standar kehidupan di Jakarta yang semakin tinggi setiap warga dituntut untuk bersaing. Pembangunan ekonomi juga harus seimbang dalam artian tidak hanya mall yang dibangun tetapi kita juga harus mendorong pembangunan ekonomi lainnya misalnya rumah sakit dan sekolah. Akses-akses ke tempat tersebut harusnya lebih dipermudah khususnya bagi mereka yang berasal dari keluarga kurang mampu.

Smart Society

Faktor keamanan, kesehatan, layanan publik, transportasi, dan sosial digital menjadi penting di sini. Sebagai warga Jakarta saat ini saya dapat merasakan adanya berbagai perbaikan dalam beberapa bidang. Sarana transpostasi khususnya kereta api benar-benar sudah berubah. Walaupun masih harus berdesak-desakan naik kereta api sudah menjadi lebih nyaman di sini. Terlebih lagi kita juga sudah menggunakan kartu dan kondisi stasiun yang lebih bersih.

Untuk mendorong supaya masyarakat mau berganti ke transportasi publik memang tidak mudah. Selain kita harus terus menerus mengkampanyekan manfaat naik transportasi umum, pemerintah juga harus memperbaiki sarana dan prasarana transportasi. Teman saya yang kebetulan dari daerah di luar Jakarta sempat “tertawa” mengapa di Jakarta masih banyak bus yang tidak saja jelek tetapi menurutnya tidak layak jalan sedangkan di daerahnya hampir tidak ada.

Layanan publik juga sudah lebih baik. Untuk membuat atau memperpanjang KTP tidak perlu berhari-hari tetapi hanya sehari saja. Hal-hal positip ini harus terus disosialisasikan dan diawasi oleh kita semua. Jika ada hal yang janggal masyarakat jangan segan-segan menyampaikannya langsung kepada pemda DKI Jakarta melalui aplikasi smartcity atau beberapa nomor aduan masyarakat yang dimiliki oleh pemerintah DKI Jakarta.

Untuk mendukung kenyamanan dan keamanan bisa dilakukan dengan banyak cara misalnya mendidik masyarakat Jakarta untuk bisa lebih menghargai dan menghormati orang lain. Warga Jakarta yang beragam menuntut masyarakat untuk lebih terbuka dengan tetap memperhatikan nilai-nilai dan hukum yang diterapkan di negeri ini. Kadang-kadang yang kita lihat masalah kecil bisa menjadi besar karena isu-isu SARA yang dihembuskan di sini.

Smart Environment

Hal lain yang tidak kalah penting untuk mewujudkan Jakarta yang lebih baik adalah melalui pemanfaatan dan pengunaan energi yang lebih efektif dan efisien, membangun fasilitas publik yang lebih banyak misalnya taman kota, dan mengatur tata kelola kota dengan lebih baik dengan lebih ketat memberikan perijinan pembangunan bangunan baru.

Saat ini kita bisa melihat dan merasakan banyak sekali masalah yang diakibatkan oleh masalah lingkungan seperti banjir yang selalu terjadi di musim hujan, sungai-sungai yang tercemar dan sangat kotor, polusi udara yang semakin meningkat, akses air bersih yang semakin berkurang dan juga masalah-masalah lingkungan lainnya. Semua ini terjadi karena kita salah merawat dan mengelola lingkungan.

Di sini pemerintah DKI Jakarta harus dituntut lebih mensosialisasikan pentingnya menjaga lingkungan. Mereka dapat bekerja sama dengan beberapa perusahaan baik swasta maupun BUMN untuk membuat program tanggung jawab sosialnya. Kampanye-kampanye tentang lingkungan hidup harus terus digalakkan untuk membuat sadar warga masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan.

Untuk mewujudkan Jakarta sebagai kota cerdas maka ketiga hal di atas harus dijalankan secara berhubungan dan berkesinambungan. Program smart city ini akan berhasil jika ada kerja sama yang baik antara pemerintah, stakeholders dan juga masyarakatnya. Partisipasi aktif masyarakat sangat diperlukan karena mereka adalah bagian dari kota Jakarta sendiri. Walaupun mereka mungkin warga pendatang tetapi mereka tinggal dan mencari uang di Jakarta.

Akhirnya saya percaya bahwa kita dapat mewujudkan Jakarta sebagai smart citydengan selalu bersikap positip dan kritis terhadap segala perubahan-perubahan yang ada. Kota yang tidak mau berubah dan berinovatif pasti akan ditinggalkan oleh warganya. Mari kita lebih peduli dan ikut berpartisipasi aktif dalam mewujudkan Jakarta menjadi salah satu smart city di Indonesia.

(Jakarta, 13 Mei : FB Travel with Ony Jamhari. Instagram @ojamhari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun