Mohon tunggu...
Ony Jamhari
Ony Jamhari Mohon Tunggu... profesional -

Ony Jamhari adalah Entrepreneur, Travel Writer, and Educator FB Page: Travel with Ony Jamhari Instagram and Twitter: @ojamhari or @alsjuice

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Wisata Museum di Pulau Dewata

8 Januari 2014   13:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:01 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pulau Dewata Bali tidak saja indah karena pantai, budaya, dan alamnya tetapi di pulau ini kita dapat mengunjungi “museum kelas dunia”. Mengapa saya menyebutnya kelas dunia karena saya sangat merindukan museum yang dikelola secara profesional: bersih, terawat, dan rapi. Terima kasih kepada pihak Kompasiana dan Garuda Indonesia yang memberikan kesempatan kepada saya untuk berkunjung ke Bali pada bulan Desember ini. Kunjungan ke dua museum The Sukarno Center dan The Blanco Renaissance Museumsangat membekas di hati saya.

[caption id="attachment_314618" align="aligncenter" width="391" caption="Menjelajah Bali Bersama Garuda Indonesia"][/caption]

The Sukarno Center

Siapa tidak kenal Sukarno. Dalam banyak kesempatan khususnya ketika saya berada di luar negeri dan saya mengenalkan diri bahwa saya dari Indonesia, banyak orang yang mengaitkan dengan Sukarno. Presiden pertama Indonesia tersebut memang sangat dikenal karena banyak hal. Salah satunya adalah  kepemimpinannya. Tahun lalu ketika saya berada di Jepang salah satu mahasiswa dari sebuah universitas di sana sempat bertanya: di mana saya dapat belajar mengenai Sukarno? Kala itu saya menjawab bahwa Anda bisa berkunjung ke Indonesia khususnya kota Blitar.

Namun demikian saat ini kita harus bangga karena keluarga besar Bung Karno membangun museum baru The Sukarno Center di mana pengunjung dapat secara lebih dekat mengenal sosok presiden pertama tersebut. The Sukarno Center yang dibuka pada tahun 2011 ini terletak di Jalan Tampak Siring, Kabupaten Gianyar. Di dalamnya kita dapat melihat koleksi peninggalan lengkap Bung Karno berupa foto, benda-benda yang pernah digunakan, maupun hadiah dari para pemimpin dunia.

[caption id="attachment_314619" align="aligncenter" width="293" caption="Pintu Masuk The Sukarno Center"]

13891617941471278623
13891617941471278623
[/caption] Memasuki pintu depan museum kita disambut dengan lambang Garuda Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika, semboyan bangsa yang mempunyai makna yang dalam bagi bangsa Indonesia. Di samping kanan dan kiri terdapat foto-foto besar Bung Karno dan beberapa barang peninggalan beliau. Semuanya sangat terawat, bersih, dan tersusun dengan rapi. Setelah berkeliling di lantai satu, saya lanjutkan untuk berkeliling di lantai dua. Di lantai ini sekali lagi kita dapat temui beberapa foto keluarga Bung Karno dan juga beberapa furnitur yang pernah dipakai oleh keluarga Bung Karno.

Sesudah selesai berkeliling gedung, saya kemudian keluar dan menuju ke perpustakaan kecil di samping The Sukarno Center. Di dalam perpustakaan tersebut terdapat berbagai macam buku yang ditulis oleh banyak pengarang dan pengemar Bung Karno. Saya sempatkan untuk membeli sebuah buku mengenai The Sukarno Center. Sebelum kembali pulang, petugas mengucapkan terima kasih dan memberikan dua poster Bung Karno sebagai souvenir untuk saya.

The Blanco Renaissance Museum

Hujan turus dengan deras ketika saya sampai di depan The Blanco Renaissance Museum di daerah Ubud. Museum ini sangat terkenal di Bali. Antonio Blanco, pelukis keturunan Spanyol dan Amerika yang menikah dengan seorang model wanita dan penari Bali bernama Ni Ronji adalah seniman besar yang tinggal di Bali. Lukisan-lukisan Antonio Blanco sunguh sangat indah dan menjadi lukisan yang sangat mahal harganya.

Setelah membeli tiket seharga 30,000 rupiah saya mulai masuk ke dalam museum. Museum dan bangunan lain seluas dua hektar ini dibangun di tanah pemberian Raja Ubud, Tjokorda Gde Agung Sukawati dan dibuka pada tahun 1998. Museum ini berdiri dengan kokoh di tengah lingkungan Ubud yang sangat damai. Sebelum memasuki museum saya dapat menjumpai taman burung dengan koleksi beberapa burung Indonesia. Semuanya terawatt dengan baik.

[caption id="attachment_314620" align="aligncenter" width="359" caption="Pintu Masuk The Blanco Renaissance Museum "]

13891618861579008878
13891618861579008878
[/caption] Petugas museum Aprilia menyambut kedatangan saya dan membantu menjelaskan apa yang berada di dalam museum tersebut. Ada dua lantai di dalam museum tersebut. Di dalamnya terdapat lebih dari 300 lukisan dan foto kolase yang dibuat oleh Antonio Blanco. Kurang lebih 40 menit saya mengamati hasil-hasil lukisan Antonio Blanco. Setelah itu saya diajak ke Erotika Room: 17 tahun ke atas, yang memajang beberapa lukisan dan kolase bergambar wanita cantik. Tema lukisan Antonio Blanco tidak lepas dari wanita.

Aprilia juga menjelaskan bahwa semua lukisan dan kolase punya arti tersendiri bagi Antonio Blanco. Kemudian beliau mengajak saya untuk melihat studio tempat melukis pertama Antonio yang tidak lain adalah rumah pertama Antonio Blanco di Bali. Begitu senangnya ketika beliau mengijinkan saya untuk memfoto tempat ini. Di dalam ruang pameran lukisan pengunjung tidak boleh memotret.

[caption id="attachment_314621" align="aligncenter" width="413" caption="Studio dan Rumah Pertama Antonio Blanco "]

13891623411230237036
13891623411230237036
[/caption] Setelah selesai berkunjung di rumah pertama Antonio, kami lanjutkan ke ‘family house’. Nampak beberapa turis asing menonton film Antonio Blanco sambil beristirahat. Sama dengan saya bahwa mereka juga ingin mengenal Antonio Blanco dengan lebih dekat. Hujan masih turun dengan deras ketika saya selesai berkeliling museum. Sambil menunggu hujan reda, saya sempatkan untuk minum kopi di restauran Rondji yang terdapat di museum ini. Petugas memberikan minuman gratis kepada para pengunjung.

The Sukarno Center danThe Blanco Renaissance Museum adalah dua tempat yang wajib dikunjungi di Bali. Sambil menerawang jauh, saya bermimpi bahwa semoga akan banyak lagi museum-museum kelas dunia yang dibangun dan bisa saya jumpai di Indonesia. Mungkin tidak hanya saya yang rindu untuk belajar mengenai sejarah dari para tokoh besar Indonesia.

Daejeon, Korea Selatan: 8  Januari 2014, My Travel Journal: Travel with Ony Jamhari)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun