Dalam lima tahun terakhir saya sangat menikmati tinggal di kota Daejeon, Korea Selatan. Kota nomor lima terbesar di Korea Selatan ini relatif lebih sepi dibandingkan dengan kota-kota besar seperti Seoul dan Busan. Kota berpenduduk 1.5 juta ini adalah “Silicon Valley”nya Korea. Banyak universitas, pusat penelitian, dan juga wisata alam. Kota Daejeon dikelilingi oleh banyak gunung.
[caption id="attachment_377497" align="aligncenter" width="630" caption="Daun-Daun Musim Gugur di Gunung Manin "][/caption]
Setiap akhir minggu saya sempatkan untuk pergi hiking di beberapa gunung di kota ini. Selain saya suka dengan alam, hiking di Korea adalah olahraga yang sangat populer. Hiking atau naik gunung di sini, jangan dibandingkan dengan di Indonesia. Hiking atau naik gunung relatif sangat mudah dan aman di Korea Selatan. Bukit atau gunung tidaklah setinggi gunung-gunung di Indonesia. Rata-rata sekitar 700 – 1,200 meter dari permukaan laut.
Memang sangat menyenangkan jika kita dapat pergi hiking atau naik gunung dengan teman-teman. Namun demikian jika kita tidak ada teman, kita bisa pergi hiking sendiri. Kita dapat membuat teman di sana. Pada musim gugur yang berlangsung dari bulan September sampai November setidaknya saya sudah hiking ke empat gunung yaitu Gunung Seorak, Gunung Daedun, Gunung Bomun, dan Gunung Manin. Pada akhir minggu ini, Sabtu, 22 November saya kembali lagi ke Gunung Manin.
[caption id="attachment_377498" align="aligncenter" width="630" caption="Pemandangan Menuju Puncak "]
Kali ini saya pergi bersama dengan empat puluh mahasiswa di kampus saya SolBridge International School of Business, Universitas Woosong. Saat ini sering kali saya diminta oleh pihak kampus untuk menjadi pemandu jika harus naik gunung khususnya bagi mahasiswa asing. Saya pun sangat menikmati hal ini. Kadang-kadang memang sedikit ‘aneh’ karena saya orang asing tetapi mengenalkan Korea kepada mereka.
Gunung Manin terletak di kota Daejeon tepatnya di daerah Geumsan. Dari pusat kota Daejeon Anda bisa naik bus kota seharga KRW 1,200. Perlu waktu kurang lebih empat puluh menit untuk sampai di kaki gunung Manin. Tinggi gunung Manin hanya sekitar 537 m dari permukaan laut. Kata Manin sendiri berarti tinggi. Dari bawah gunung sampai ke puncak gunung perlu waktu sekitar dua sampai tiga jam. Ada beberapa rute di sana tetapi yang paling umum biasanya kita harus berjalan kurang lebih 2 km sampai puncak. Luas gunung Manin diperkirakan sekitar 182 hektar.
[caption id="attachment_377499" align="aligncenter" width="630" caption="Pemandangan dari atas Gunung Manin "]
Kami berangkat dari Daejeon dengan bus sekolah pada pukul delapan pagi. Suhu udara berkisar antara 12 derajat celcius pada pagi hari tersebut. Di Korea kita sudah terbiasa melihat ramalam cuaca sebelum kita berangkat naik gunung. Hal ini karena akan membuat perjalanan kita lebih menyenangkan. Beberapa mahasiswa asing terutama dari Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan lain-lain tidak terbiasa dengan hal ini. Sesudah tinggal di Korea akhirnya mereka terbiasa dengan hal ini.
Tepat jam 08:45 kami sudah sampai di depan pintu masuk Gunung Manin. Suasana masih sangat sepi ketika kita sampai di sana. Hanya ada beberapa para pendaki yang kami temui di sana. Mungkin kami terlalu pagi. Sesampainya di sana kami mulai mendaki Gunung Manin. Di depan pintu masuk gunung ada danau buatan. Di sini pengunjung dapat melihat dan menikmati keindahan Gunung Manin jika mereka tidak mau mendaki.
Saya dan beberapa mahasiswa asing dari Indonesia, Rusia, China, dan Norwegia memutuskan untuk mengambil rute yang sedikit jauh. Beberapa mahasiswa memilih rute yang singkat. Hari itu cuaca benar-benar sangat bagus. Langit biru dan udara begitu segar. Musim gugur di Korea baru saja selesai dan saat ini cuaca sangat dingin karena sudah memasuki musim dingin. Akhirnya pendakian dimulai.
[caption id="attachment_377500" align="aligncenter" width="630" caption="Pohon-pohon yang sudah tidak berdaun "]
Salah satu hal yang saya sukai berinteraksi dengan mahasiswa asing adalah kita bisa bertukar pengalaman tentang negara kita masing-masing dengan mereka. Mahasiswa Rusia mengatakan bahwa musim dingin di Korea tidak sedingin di Rusia bahkan saat ini di Rusia sudah minus 30 derajat. Sama dengan di Norwegia bahwa sekarang sudah berlangsung musim dingin. Mengobrol dengan mahasiswa ini juga dapat mengenalkan pariwisata Indonesia.
Daun-daun musim gugur berserakan di mana-mana. Trail atau jalanan nampak tidak terlihat karena dipenuhi oleh daun-daun kering. Bagi saya dan mahasiswa dari Indonesia pemandangan ini adalah pemandangan yang sangat indah. Pemandangan seperti ini hanya ada di musim gugur. Kami sempatkan untuk beristirahat dan tiduran untuk mengambil gambar bersama-sama. Kadang-kadang kita juga bermain dengan menerbangkan daun-daun tersebut. Suasana begitu riuh ketika angin dengan kencang menerbangkan daun-daunan tersebut.
Sesudah berjalan kurang lebih satu jam kami akhirnya sampai di puncak. Pemandangan sangatlahmenajubkan. Gugusan gunung-gunung dikejauhan membuat layaknya sebuah lukisan alam. Pemandangan seperti inilah yang paling saya suka. Beberapa daun juga nampak masih belum gugur dan warnanya masih berwarna-warni. Setelah beristirahat sejenak kami akhirnya melanjutkan perjalanan untuk menuju ke ‘temple’. Sangat umum di Korea di gunung ada ‘temple’. Biasanya orang beristirahat atau berdoa di sana.
[caption id="attachment_377501" align="aligncenter" width="630" caption="Mahasiswa dari Norwegia di SolBridge menikmati Hotteok"]
Tidak terasa bahwa kami sudah hiking selama dua jam. Kami kemudian memutuskan untuk kembali ke danau Manin untuk makan siang. Di tempat ini para pengunjung dapat menikmati Hotteok, makanan tradisional Korea yang sangat terkenal di sini. Di dalam Hotteok ada chinamon/gula merah. Kami semua merasa kangen dengan Indonesia. Sambil menikmati makan siang kami dapat mendengarkan ‘live’ musik yang dibawakan oleh pemusik Korea.
Sekali lagi angin bertiup dengan kencang dan menerbangkan daun-daun. Suasana seperti ini menjadi sangat romantis. Setelah beristirahat kurang lebih satu jam kami semua akhirnya kembali ke Daejeon. Selamat menyambut musim dingin di Korea Selatan.
(Daejeon, 23 November 2014, Travel Journal: Travel with Ony Jamhari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H