Pada jam 18:00 tanggal 24 Desember 2014, saya baru keluar kantor untuk pulang ke rumah. Suhu udara di Daejeon, Korea Selatan mencapai minus sepuluh derajat celcius tadi malam. Sudah sekitar lima belas menit saya menunggu taksi tetapi tidak dapat. Akhirnya saya memutuskan untuk naik bis sekolah. Tepat jam 18:20 akhirnya bis sekolah datang. Sudah banyak mahasiswa yang berada di dalam bis. Rasanya ingin sekali cepat sampai rumah karena kedinginan.
[caption id="attachment_385970" align="aligncenter" width="630" caption="Natal"][/caption]
Lagu bernuansa Natal diputar di dalam bis dan dalam perjalanan secara tidak sengaja saya melihat empat Santa berpakaian merah berjalan bergegas. Mereka membawa beberapa "kantong makanan". Pemandangan seperti ini jarang saya lihat. Tidak sadar bahwa hari ini adalah malam Natal. Walaupun saya tidak merayakan Natal, tetapi nuansa perayaan Natal sangat kental di Korea Selatan. Berbagai hiasan Natal ada di hampir sudut kota. Masyarakat Korea menyambut Natal dengan bersuka cita.
Di Korea sendiri saat ini banyak warganya yang beragama Katolik atau Kristen. Mungkin jumlahnya hampir mencapai 30% dari total penduduk Korea yang berjumlah kurang lebih 50 juta jiwa. Sangat mudah ditemui gereja di Korea. Hampir setiap 300 sampai 500 meter ada gereja di sini. Mereka bahkan menyewa beberapa gedung yang tidak selalu besar untuk dijadikan gereja. Dalam beberapa tahun ini ajaran Katolik dan Kristen berkembang dengan pesat di sini.
Tanggal 25 Desember 2014 adalah hari libur di Korea. Saya memanfaatkan waktu libur ini dengan menghadiri “Holiday Celebration Potluck Luncheon” yang diadakan di apartemen saya. Ini adalah pertama saya menghadiri acara bersama di apartemen dalam lima tahun saya tinggal di Korea. Saya menyadari bahwa saya tidak mengenal semua tetangga yang tinggal di apartemen. Ada tiga puluh warga negara asing yang tinggal di sini. Mayoritas mereka adalah warga negara Amerika dan Canada. Mereka adalah guru-guru bahasa Inggris di kampus saya.
Acara makan siang berlangsung dari jam-jam satu siang dan selesai pada jam lima sore. Setiap orang diminta membawa makanan dan hadiah yang bisa ditukar bersama. Kali ini saya tidak memasak tetapi saya membawa minuman kopi dari Indonesia. Selain mengenal tetangga waktu seperti ini juga bagus untuk mengenalkan Indonesia. Kebetulan tetangga sebelah saya warga negara Amerika sudah pernah tiga bulan tinggal di Indonesia dan dia mengenal baik tentang budaya Indonesia.
Ada sekitar dua puluh orang yang hadir dalam makan siang hari ini. Semua nampak gembira karena mereka dapat mengenal satu dengan lainnya. Ternyata tidak hanya dari Amerika dan Canada saja yang hadir. Ada beberapa dari Jepang. Kami berbicara banyak mengenai tradisi perayaan Natal, Tahun Baru, dan liburan di negara masing-masing. Mereka sangat antusias ketika saya menyebutkan bahwa saya dari Indonesia dan hanya sedikit dari masyarakat Indonesia yang merayakan Natal.
Mikael salah satu tetangga yang datang mengatakan bahwa dia sudah pernah berkunjung lebih dari delapan kali ke Indonesia. Dia nampak senang karena dapat teman mengobrol tentang Indonesia. Rasanya kami semua menjadi dekat dengan satu sama lainnya. Acara menjadi lebih hangat dengan hadirnya dua pemusik yang menyanyikan lagu-lagu pop popular.
Sebelum acara berakhir kami harus bertukar kado. Saya mendapat paket makanan cokelat. Pertemuan selama tiga jam terasa cepat dan membekas di hati saya. Kadang-kadang kita terlalu sibuk dengan pekerjaan dan kita tidak tahu siapa tetangga kita. Akhirnya saya ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Natal kepada teman-teman yang merayakan. Bagi kita yang tidak merayakan selamat berlibur.
Salam hangat dari Daejeon, Korea Selatan
(Ony Jamhari, 25 December 2014, Daejeon, Korea Selatan FB: Travel with Ony Jamhari)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H