Mohon tunggu...
Gregorius Nggadung
Gregorius Nggadung Mohon Tunggu... Penulis - Onsi GN

Mahasiswa Universitas Nusa Cendana, Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Perempuan

22 Januari 2021   18:41 Diperbarui: 22 April 2021   17:18 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak ada yang mampu mendefinisikan perempuan secara bersamaan dengan keikhlasannya. Perempuan adalah puisi yang tulus. Perempuan akan memaknai segala unsur tanpa ada yang dijatuhkannya sebab ia adalah satu kesatuan yang perlu diagungkan.

Ketika seorang lelaki berdarah penyair menuliskan puisi perihal perempuan dia akan melukiskannya setara dengan harapannya. Yang lebih tulusnya lagi ketika perempuan Menuliskan tentang dirinya. Satu hal yang terjadi adalah kehidupan sesungguhnya. Sebab waktu, restu, akan ia gambarkan tanpa ia lupakan.

"There is no woman who does not love men"

"Ability is a blessing"

Tidak ada salahnya jika ungkapan untuk perempuan itu unik bahkan dikenal dan dikenang.

Perempuan selalu menggambarkan bahwa perannya selalu mengikuti daya pemikiran seorang laki-laki. Namun itu sangat diagungkan dalam puisi-puisinya agar semuanya tahu bahwa di tangan kanannya ada wajah lelaki yang selalu ia berkati tanpa alur perlawanan sejati.

Tapi, apakah para lelaki tahu ? Sesungguhnya dibalik kebaya di meja doa tidak ada yang tak pantas baginya untuk menjemput nama-nama baik yang pernah luka maupun yang tak pernah bertanya. Perempuan sejatinya catatan-catatan panjang yang dikenal sambil menyisipkan bekal-bekal akal. Tidak banyak yang mampu mendefinisikan perempuan sampai saat ini. Namun pastinya banyak pandangan-pandangan panjang yang banyaknya tidak memandang perempuan dari sebuah titik dan tidak memandang dari sebuah isi.

Perempuan masa kini pandai menulis dalam sebuah keharusan dan itu menjadi kegelisahan panjang jika kita tak mampu membacanya. Andai saja ia menulisnya dalam kehausan, kita akan hancur mencari maknanya. Tanpa kita tahu, yang menjadi api ketika ia dalam sebuah kedinginan adalah ia melahirkan puisi-puisinya, dan ia berkata " Aku tetap di sini mencintaimu Lelaki''

Penulis : Onsi GN

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun