Tidak ada yang mampu mendefinisikan perempuan secara bersamaan dengan keikhlasannya. Perempuan adalah puisi yang tulus. Perempuan akan memaknai segala unsur tanpa ada yang dijatuhkannya sebab ia adalah satu kesatuan yang perlu diagungkan.
Ketika seorang lelaki berdarah penyair menuliskan puisi perihal perempuan dia akan melukiskannya setara dengan harapannya. Yang lebih tulusnya lagi ketika perempuan Menuliskan tentang dirinya. Satu hal yang terjadi adalah kehidupan sesungguhnya. Sebab waktu, restu, akan ia gambarkan tanpa ia lupakan.
"There is no woman who does not love men"
"Ability is a blessing"
Tidak ada salahnya jika ungkapan untuk perempuan itu unik bahkan dikenal dan dikenang.
Perempuan selalu menggambarkan bahwa perannya selalu mengikuti daya pemikiran seorang laki-laki. Namun itu sangat diagungkan dalam puisi-puisinya agar semuanya tahu bahwa di tangan kanannya ada wajah lelaki yang selalu ia berkati tanpa alur perlawanan sejati.
Tapi, apakah para lelaki tahu ? Sesungguhnya dibalik kebaya di meja doa tidak ada yang tak pantas baginya untuk menjemput nama-nama baik yang pernah luka maupun yang tak pernah bertanya. Perempuan sejatinya catatan-catatan panjang yang dikenal sambil menyisipkan bekal-bekal akal. Tidak banyak yang mampu mendefinisikan perempuan sampai saat ini. Namun pastinya banyak pandangan-pandangan panjang yang banyaknya tidak memandang perempuan dari sebuah titik dan tidak memandang dari sebuah isi.
Perempuan masa kini pandai menulis dalam sebuah keharusan dan itu menjadi kegelisahan panjang jika kita tak mampu membacanya. Andai saja ia menulisnya dalam kehausan, kita akan hancur mencari maknanya. Tanpa kita tahu, yang menjadi api ketika ia dalam sebuah kedinginan adalah ia melahirkan puisi-puisinya, dan ia berkata " Aku tetap di sini mencintaimu Lelaki''
Penulis : Onsi GN
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H