Aku sadar!!!
Bok, Bunda, Encim, Ibunda, Indung, , Mak, Mama, Mami, Mandeh, Uai, Umi, Istri, Nyonya, Pedusi, Perempuan, Sentral, itulah IBU
Tidak perlu banyak pertanyaan tentang kisah hidup seorang ibu jika pada akhirnya kita tak mampu membasahi pipinya dengan ciuman kasih, menghangatkan tubuhnya dengan pelukan ketaatan. Kita tak pernah merasakan apa yang seorang ibu rasakan, maka dari itu HORMATI walau ia tak meminta agar kita selalu menghormatinya.Â
Kita tidak pernah tahu apakah dia sakit? Apakah dia luka? Apa yang sedang ia rasakan? Sakit dan luka kadang ia selalu membawanya dalam keceriaan. Tapi apa balasan kita? Dan Kita akan berdosa dan sangat sungguh berdosa jika kita tak mampu mengartikan segala perjuangannya dengan cara yang wajar membantu, merawat, walau kadang Semua yang kita lakukan dihentikannya atas nama sayang dan cintanya yang sungguh tulus dan tak akan pupus.
Nak, tersulah berdamai dengan setiap orang. Ketika kamu telah berani berdamai dengan dirimu sendiri berusaha berdamai dengan orang lain. Ibumu, bapakmu, adikmu, sahabatmu tanpa ada seorang musuh. Jika memang ada lawan, ajak dan selesaikan dengan benar agar menjadi sekawan. Ibu tak mau kau dilukai bahkan terluka. Ingat itu!!!
Waktu dan ibu seakan sama. Tak pernah menghitung seberapa besar kita menghargai mereka. Seberapa besar kita merawat mereka. Namun yang pastinya kita harus mengetahui arti menghargai dan menjaga dengan rawat dan mereka terus dan selalu berdetak.
Keikhlasan hati seorang ibu tak bisa dihitung namun dirasakan. Itulah kekuatan hari seorang ibu yang harus kita tahu.
Kuatnya jiwa ibu tak mampu dibahasa dengan rasa yang murung. Namun kita akan mampu membahasakannya jika kita bawakan dalam ayat-ayat tanpa lupa bahwa Keikhlasan hati seorang ibu akan berjalan bersamanya waktu dengan harap tanpa pupus dan terhapus.
Bok, Bunda, Encim, Ibunda, Indung, , Mak, Mama, Mami, Mandeh, Uai, Umi, Istri, Nyonya, Pedusi, Perempuan.
Doa kami untukmu, tetap sehat dalam senyum. Tetap tegar dalam mekarnya baikmu.