Tidak dapat dipungkiri begitu banyak pribadi yang lahir dari organisasi bernama Himpunan Mahasiswa Islam, atau biasa disingkat HMI. Sepanjang sejarah berdirinya organisasi ini, banyak kader hebat yang berjuang dan berkontribusi dengan caranya masing-masing demi kemajuan umat dan bangsa. Tetapi, acapkali kehebatan kader HMI hanya berhenti pada diri sendiri. Kegelisahan hati kita terhadap kondisi bangsa tidak pernah direkam. Tinta pena kita utuh, padahal otak kita punya banyak gagasan yang bisa ditulis dan disebarluaskan. Seperti perkataan Pramoedya Ananta Toer, tanpa menulis, manusia akan dilupakan. Begitupun kehebatan kader HMI.
Setiap warga masyarakat di republik ini, khususnya kader HMI, agaknya memiliki pandangan atas problem yang ada di lingkungan sekitarnya. Bukan hanya satu atau dua problem, tapi sangat banyak problem yang "menggemaskan". Bahkan kadang kita memandang perlunya suatu perubahan. Tetapi pandangan-pandangan itu hanya berhenti pada sikap acuh tak acuh, atau mau mengubah tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Sebagai contoh, kita semua tahu bahwa sampai hari ini masih ada oknum polisi lalu lintas yang menerima suap. Kita semua tahu bahwa energi fosil kian menipis dan bangsa ini memerlukan energi terbarukan. Atau contoh lain, kita semua juga tahu bahwa eksistensi bahasa Indonesia kian terancam. Namun, masih saja kita menimbang-nimbang dan berpikir-pikir untuk membuat aksi nyata guna menyikapi hal-hal tersebut.
Melalui buku yang berjudul "Sumpah Pemuda Era Jokowi: Menjawab Tantangan Pemuda Indonesia Masa Kini" , para kader HMI Cabang Depok menulis terkait tantangan bagi pemuda Indonesia, mulai dari sisi sosial hingga teknologi, mulai dari yang sederhana hingga yang krusial. Lalu, mengusulkan solusi tentunya.
Buku ini terbit setahun lalu diinisiasi oleh Patriot Muslim yang merupakan Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Pemuda HMI Cabang Depok. Ia menilai bahwa minat menulis kader HMI kian menurun dan hal tersebut perlu diantisipasi. Patriot kemudian menjadi editor dari buku ini.
Buku ini patut diapresiasi mengingat semakin rendahnya minat menulis kader HMI. Saat ini, kader-kader HMI banyak yang terlalu cenderung kepada politik praktis, dan hanya sedikit mereka yang senang kepada aktivitas akademis-intelektual. Padahal, kualitas insan akademis merupakan salah satu dari lima kualitas yang diharuskan ada pada diri kader HMI.
Terbitnya buku ini dalam rangka memperingati dua tahun pemerintahan Joko  Widodo - Jusuf Kalla, sekaligus memperingati Hari Sumpah Pemuda 2016.  Walau buku ini terbit setahun silam, kumpulan tulisan di dalam buku ini  masih dirasa sangat relevan dengan kondisi Indonesia hari ini. Semoga menginspirasi!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H