Mohon tunggu...
SRI RAHMAWATI
SRI RAHMAWATI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Klasifikasi Bunyi Segmental

5 Januari 2023   19:56 Diperbarui: 5 Januari 2023   20:05 2635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pembentukan bunyi dibagai dua, yaitu vokal dan konsonan, keduanya akan terjadi bila dibentuk oleh organ-organ artikulasi seperti gerakan otot-otot dari mulut, langit-langit, rahang, lidah dan bibir yang akan menghasilkan bunyi (suara). Bunyi yang dihasilkan oleh huruf vokal akan terjadi kalau udara mengalir dari paru-paru ke mulut dengan bebas tanpa ada halangan, misalnya /a/, /e/, /o/, /u/, /i/. Sedangkan huruf konsonan berbunyi yang dimana terjadi adanya udara yang keluar dari paru-paru terhambat, konsonan disebut juga huruf mati. Dalam bahasa Indonesia huruf yang mewakili konsonan terdiri dari /b/, /c/, /d/, /f/, /g/, /h/, /j/, /k/, /l/, /m/, /n/, /p/, /q/, /r/, /s/, /t/, /v/, /w/, /x/, /y/ dan /z/.

Pita suara terdapat di pangkal tenggorokan yang dimana itu akan bergetar untuk mengeluarkan/menghasilkan suara. Disaat berbicara, kita memindahkan udara melewati pita suara dan menghasilkan getaran. Pita suara harus dalam kondisi yang baik supaya suara yang di ucapkan terdengar jelas dan keras. Disaat berbicara menggunakan otot-otot di lidah, bibir, rahang dan faring untuk membuat getaran pita suara menjadi kata-kata.

Bunyi segmental itu sendiri adalah bunyi yang secara jelas dapat dipilah-pilah dalam satuan yang lebih kecil atau/ dapat dibagi-bagi. Bunyi yang dihasilkan oleh pernafasan, alat ucap dan pita suara. Segmental menurut Suhairi (dalam Verhaar, 2010: 48) mengacu pada pengertian bunyi-bunyi yang dapat disegmentasi/dipisah-pisahkan. Kata matang misalkan, dapat disegmentasi menjadi /m/, /a/, /t/, /a/, /n/, /g/. Ada beberapa klasifikasi bunyi segmental, yaitu (1) ada tidaknya gangguan, (2) mekanisme udara, (3) arah udara, (4) pita suara, (5) lubang lewat udara, (6) mekanisme artikulasi, (7) cara gangguan, (8) maju mundurnya lidah, (9) tinggi rendahnya lidah, dan (10) bentuk bibir (Muslich 2015).

Berdasarkan ada tidaknya hambatan pada alat bicara, bunyi segmental diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: vokoid dan kontoid. Chaer (2009: 38) menyatakan vokoid (vokal) adalah jenis bunyi bahasa yang dihasilkan oleh arus ujar dan ke luar dari glotis tidak mendapat hambatan dari alat ucap, melainkan hanya diganggu oleh posisi lidah. Penjelasan mengenai kontoid (konsonan) sendiri yaitu sebagai bunyi yang dihambat ketika pengucapannya, sehingga menyebabkan bergetarnya salah satu alat-alat supra glotal (Samsuri, 1985: 103).

Sumber energi utama dalam hal terjadinya bunyi adalah pengucapan. Semua orang pasti memiliki kemampuan dalam berucap dan bertutur. Adanya bunyi segmental, maka kita dapat membedakan makna kata dalam setiap ucapan maupun pendengaran. Dalam penuturan tinggi rendahnya (nada) suara memicu hasil yang dikeluarkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun