Ku kirim di malam minggu
saat bintang bersinar dan rembulan tersenyum sayu
malam ini aku mengirim sebuah pesan, bukan pesanan
pesan untukmu, dan hanya untukmu
selalu ku lantunkan dalam doaku
Tuhan, semoga dia membaca pesanku
Mulai, ku goreskan penaku . . .
ku tuliskan kata pertama . . .
"AKU"
bukan dengan tinta nyata, tapi tinta maya yang sangat berharga
dengan beribu rasa yang tak biasa, tanganku gemetar menuliskannya
lalu,
kutuliskan kata kedua. Â . .
semakin kaku jemari tanganku
tubuhku terasa dingin, entahlah. . . .
ku lanjutkan kata ketiga . . .
terasa semakin bimbang dan gamang . Â . .
Akhirnya, aku berhasil menuliskan semuanya,
tiga buah kata yang terlintas begitu saja
pesanku bukanlah syair, bukan imajinasi atau opini
pesanku adalah fakta dan bukan fatamorgana semata
Ini nyata, bukan dongeng atau cerita
Aku titipkan pesanku kepada kunang-kunang
terbang dalam heningnya malam
Tuhan, semoga pesanku sampai ke seberang
Seribu, dua ribu, tiga ribu detik aku menunggu
hingga bintang pagi muncul mengiring embun
tapi, tak pernah kau balas pesanku
Mungkinkah hilang?
Ya, pesanku hilang
tersesat karena gelapnya malam
pesanku tak sampai  ke seberang. . . .
pesanku tak pernah terbaca
pesanku tak kan terbalas....
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI