Mohon tunggu...
Oni Krisna Wati
Oni Krisna Wati Mohon Tunggu... Guru - Guru Bahasa Inggris SMKN 1 Glagah Banyuwangi

Terlahir dengan nama Oni Krisna Wati di Sebuah desa kecil di kabupaten Banyuwangi, tepatnya di desa Genteng, 5 Februari 1972. Oni memilik gemar menulis puisi dan membaca karya sastra semenjak kecil. Oni belajar di SD Negeri Kopen 1 Genteng Banyuwangi Jawa Timur . Oni menyelesaikan jenjang pendidikan menengah pertama di SMP Kristen Efrata Genteng. Oni melanjutkan SMA nya di SMAN 2 Bondowoso. Oni kuliah di Universitas Negeri Jember mengambil jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. hobi dan bakatnya menulis dan membaca semakin terasah ketika di jenjang kuliah. Oni mengikuti banyak kegiatan yang berkaitan dengan kesastraan di kampus. Oni juga aktif ketoprak yang diprakarsai oleh Bapak IC Sudjarwadi seorang dosen sastra di Universitas Negeri Jember. Namun teori tidak sama dengan kenyataan. Semenjak 2010 aktif menjadi ASN di SMKN 1 Glagah Banyuwangi dan mengajar mata pelajaran Bahasa Inggris. Walaupun mengajar Bahasa Inggris Oni tetap aktif menulis dan akhirnya terlahirlah karya pertama berupa novel yang berjudul Gayatri .Karya yang kedua berupa puisi yang bertema senja yang berjudul The sunset memories. Selain Hobby membaca dan menulis , Oni juga gemar travelling untuk mengenal budaya setempat .

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Selama Satu Abad

7 Januari 2024   23:56 Diperbarui: 8 Januari 2024   00:53 793
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1.Pendidikan menurut ki hajar dewantara

Pendidikan yang sesuai dengan bangsa kita adalah pendidikan yang humanis, kerakyatan, dan kebangsaan. Pendidikan kultural yaitu pendidikan yang berdasarkan garis bangsa dan budaya. Pendidikan kultural ini yang akan melengkapi, memperrtajam, dan memperkaya pendidikan kecerdasan murid. Diharapkan nantinya para murid ini dapat mengangkat derajat rakyat dan negerinya serta setara bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain demi kemuliaan umat manusia di dunia.

Ki Hajar Dewantara menggagas sistem pendidikan yang humanis dan transformatif, yang dapat memelihara kedamaian dunia. Beliau menciptakan sistem among. Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani yang artinya Seorang guru haruslah memberikan contoh yang baik. Seorang guru haruslah membangkitkan semangat pada murid. Seorang guru haruslah selalu memberikan dorongan/menjadikan murid mandiri. Ruh dari ajaran ini adalah untuk memerdekakan murid. Cita-cita utama Ki Hajar Dewantara yaitu kemerdekaan setiap murid mampu mengatur dirinya sendiri agar murid-murid berperasaan, berpikiran, dan bekerja merdeka dalam ketertiban bersama, demi mewjudkan cita-cita pendidikan nasional.

2. Pendidikan Jaman Kolonial Belanda

Pendidikan di zaman kolonial Belanda yang menggunakan sistem Perintah dan sanksi merupakan sistem pengajaran kolonial yang tanpa sadar menjadi warisan cara guru mendidik murid. Bahkan mungkin saat ini hal itu masih saja berlangsung. Misalnya masih ditemukan kasus kekerasan pada murid di sekolah. Murid mendapatkan hukuman atau sanksi berat ketika mereka belum atau tidak menjalankan perintah dari guru. Contoh yang lain adalah sistem penilaian atau penghargaan yang terlalu berorientasi pada kecakapan kognitif. Misalnya kecakapan murid diukur dari kegiatan ujian sumatif yang menguji kecakapan kognitif semata. Akibatnya murid berusaha keras untuk melatih kisi-kisi soal ujian hingga mendapatkan nilai dan penghargaan dari sekolah. Fokus yang berorintasi kognitif ini menyebabkan perkembangan sosial emosional murid menjadi terabaikan Di sisi lain jika murid belum mampu memenuhi ujian-ujian sumatif yang sangat berat tidak jarang murid-murid kita mendapatkan penghakiman bahwa mereka ini dianggap gagal dalam belajar.

Sistem pendidikan di zaman kolonial Belanda didasarkan pada diskriminasi yaitu adanya perbedaan perlakuan terhadap anak-anak pribumi untuk mendapatkan pendidikan yang sifatnya masih materialistik, individualistik dan intelektualistik yang bertentangan dengan kebudayaan bangsa timur. Sebagai perlawaanan sistem yang diskriminitaif ini Ki Hadjar Dewantara menggagas sistem pendidikan yang humanis dan transformatif yang dapat memelihara kedamaian dunia. Ki Hadjar Hewantara memperkenalkan sistem among yaitu yang dikenal dengan slogannya Ing Ngarso Sung Tulada, Ing Ngadyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani . Ing Ngarso Sung Tulodo artinya sebagai seorang guru sudah seharusnya menjadi seorang pelayan, ia harus memberikan contoh yang baik. Ing Ngadyo Mangun Karso artinya sebagai seorang guru harus bisa membangkitkan semangat murid-muridnya bukan melemahkan semangatnya dan Tut Wuri Handayani berarti seorang guru haruslah memberikan dorongan dan menjadikan murid-muridnya mandiri dan orang-orang merdeka yang tumbuh kembang secara maksimal

3. hal-hal yang harus guru lakukan agar bisa membantu murid mengisi masa depannya

Para guru perlu selalu meningkatkan kualitas dirinya dan cara mengajarnya, naluri mendidik perlu dilengkapi dengan ilmu pendidikan yang selaras dengan zaman. "Tuntutan" yang baik kepada murid didasarkan pada panduan (teori atau pengetahuan) tentang "tuntunan" yang terbaik. Untuk itu, pendidik memberikan hak dan kesempatan belajar sesuai keinginan dan bakat murid.

Kita sebagai seorang pendidik perlu menjaganya dengan menyambungkan naluri, tradisi dan kontinyuitas dengan masa lampau. Model pendidikan dan pengajaran pengetahuan atau kecerdasan ala barat mungkin dapat kita gunakan dengan syarat pendidikan nasional kebudayaan kita berikan kepada murid demi terwuwudnya keluhuran manusia nusa dan bangsa serta menjadi bagian dari kesatuan perikemanusiaan. Untuk mencapai semua dasar yang kita cita-citakan oleh Ki Hdjar Dewantara yaitu kemerdekaan setiap murid yang mampu mengatur dirinya sendiri agar murid-murid berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka dalam ketertiban bersama demi mewujudkan cita-cita pendidikan nasional. pendidikan nasional yang berdasarkan pada garis besar kebudayaan bangsanya untuk perikehidupan mengangkat derat rakyat dan negerinya serta setara bekerjasama dengan bangsa-bangsa lain demi kemuliaan umat manusia di dunia. Maka pendidikan yang memerdekaan muridlah yang menjadi pegangan kita sebagai pendidik untuk dapat mewujudkannya.

Di dalam mendidik jika hanya mengandalkan naluri tidaklah cukup, kita juga melengkapinya dengan ilmu pendidikan yang selaras dengan zaman. Tuntunan yang baik kepada murid didasarkan pada panduan (teori atau pengetahuan) tentang "tuntunan yang baik" sehingga pendidikan dapat memberikan hak-hak kepada murid untuk berkesempatan untuk mempelajari ilmu pengetahuan sesuai dengan keinginan dan bakatnya agar sebagai pendidik kita dapat memberikan daya upaya yang terbaik dalam mendidika murid. Kita membutuhkan semacam pagar atau pelindung yaitu dukungan dari rakyat atau masyarakat untk bersama-sama menjaga atau menolak semua bahaya yang mengancam kekuatan-kekuatan dan potensi yang sedang tumbuh di dalam diri murid kita. Mari kita renungkan bersama, apakah kita sudah mempraktikkan pembelajaran yang sesuai dengan cita-cita sistem pendidikan nasional yang di gagas oleh Ki Hadjar Dewantara? langkah apa yang dapat kita lakukan untuk bersama-sama mewujudkannya?

4. Cerita Reflektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun