Mohon tunggu...
Ony Soetabongsa
Ony Soetabongsa Mohon Tunggu... Penulis - Juru Tulis

Pelajar Kawruh Jiwa Jawa Nuswantara

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kebaikan yang Memihak Angkara Adalah Angkara yang Berpura-Pura Baik, Dikalahkan Pilihan Jagad, Pilihan Rakyat

8 Juli 2014   21:46 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:59 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Bisma memutuskan bergabung dengan Duryudana untuk berperang menghadapi Pandawa, maka angkara yang bermuka kebaikan sudah menunjukkan wajah aslinya. Bisma, anak raja Hastina memilih mundur dari kesempatan menjadi raja lagi, memilih tidak memihak yang sedang berebut kursi dan harta, memilih menjadi pertapa mendekat keTuhannya untuk menebus dosa masa lalunya. Duryudana, anak Destarata raja buta yang juga buta hati nuraninya, lambang kekuasaan angkara murka, menggunakan kekuasaan sesukanya, membunuh, menculik, mengajak orang berjudi dengan nasib, menggunakan segala cara agar bisa mempertahankan kekuasaan dan kerajaan yang bukan miliknya. Kerajaan yang seharusnya milik rakyat yang dimiliki wakil rakyat bernama Pandhawa.

Seorang raja yang mundur dan menjadi pendita yang bernama Bisma sekarang mau terjun melawan Satria Pandhawa yang mau mengembalikan tahta kerajaan untuk kejayaan rakyatnya. Sang pendita raja sudah merubah semua jalan kebaikan yang dijalaninya, memutuskan untuk mati membela angkara yang sedang mau tetap berkuasa ditanah air Hastinapura. Sang Raja pendita sudah kembali ke wajah aslinya, wajah gamang, wajah gelisah, wajah angkara yang hanya bisa puas dengan kematian. Inilah wajah politik perebutan harta, tahta, kekuasaan, yang menarik siapapun untuk ikut bermain didalamnya.

Demikianlah angkara sudah siap mati. Jagad bersiap memilih membela yang memihak rakyat. Bisma akhirnya mati di tangan Srikandi, wanita pejuang, pendamping Pandhawa. Angkara murka mati bersama Duryudono dan adik-adik serta kelompoknya, mati bersama para raja seberang yang mau menjarah rayah kekayaan Hastinapura dan Amartapura

Demikianlah jagad memilih pemimpin baru yang dicintai rakyat, dapat restu kahyangan, pemimpin yang dari kecil hidup bersama rakyat, berjuang bersama rakyat, mewujudkan harapan rakyat, satria tanah Jawa, satria yang mengerti dan menghormati bumi Jawa

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun