Mohon tunggu...
Lina Lina
Lina Lina Mohon Tunggu... -

Seorang ibu yang suka makan cokelat.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Untuk Para Ibu..

3 November 2011   08:59 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:06 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dear Mothers..

Sebagai ibu, pernahkah merasa khawatir dengan pertumbuhan anak ibu? Meski setiap pengorbanan yang tercurah diiringi banyak doa agar kelak ia berguna, namun kekhawatiran bahwa kelak kita tak mampu menumbuhkannya menjadi anak yang baik seringkali timbul. Bukan kekhawatiran akan ketidak sempurnaan fisiknya, namun kekhawatiran akan pemikirannya dan kemampuannya mengenal masyarakat. Saya pernah dan telah melewati masa-masa itu.

Dear Mothers..

Saya tak pernah menyesali hari dimana karena terlambat pulang kantor akhirnya saya ditinggal oleh kendaraan antar jemput saya. Hari itu tiba-tiba suami menjemput dan mengajak pergi kencan. Lucunya, ketika kami melewati toko buku dan melihat label SALE, kami malah kencan di sana. Banyak buku-buku anak dijual dengan harga yangjauh dibawah normal padahal kondisinya masih sangat bagus-bagus. Hari itu saya dan suami malah memborong banyak buku untuk anak kami yang sedang belajar mengenal huruf.

Dear Mothers..

Salah satu keajaiban dunia yang nyata dan begitu dekatnya adalah ketika kita menyaksikan buah hati kita tumbuh. Ketika menyaksikannya belajar mengenal huruf melalui kartu-kartu. Ketika dia belajar menulis dan membaca. Ketika menyaksikannya bengong, tertawa, ataupun ketakutan mendengarkan saya membaca dongeng. Tumpukan buku yang saya beli malam itu segera menjadi bahan pegangannya setiap hari. Warna-warnanya menarik matanya, dan huruf-hurufnya yang tertulis besar memudahkannya mengenalinya. Sampai ketika sedikit demi sedikit dia bisa memahami kalimat. Dan, akhirnya mulai bisa membaca.

Dear Mothers..

Saya yakin sebagaimana kita semua tahu, bahwa menonton TV sebenarnya tidak baik untuk perkembangan kreativitas anak. Karena, anak-anak hanya terlibat sebagai penonton. Pada akhirnya saya memilih membelikan banyak buku untuk dia nikmati. Terkadang sering muncul pertanyaan, mengapa George lima sekawan tak suka disebut perempuan? Mengapa Putri Aurora tidak diberi tahu saja ramalan penyihirnya? Mengapa Ariel si putri duyung tidak jujur saja pada pangeran? Dan banyak lagi. Saya paling suka ketika dia memilih membaca Seri Pilih sendiri petualanganmu karena buku dengan format seperti itu sebenarnya mengajarinya untuk memutuskan dan menanggung keputusannya apapun yang terjadi. Saya juga membelikannya majalah seperti Donal Bebek, dan BOBO. Lewat majalah-majalah itu dia terbiasa menjadi kreatif karena sering mencoba membuat prakarya yang ditampilkan di salah satu rubrik majalah itu.

Dear Mothers..

Meski telah menyaksikannya bertumbuh menjadi anak yang gemar membaca dan kritis serta kreatif, bukan berarti kekhawatiran saya lenyap. Kadang kala ketika melihatnya asyik menyelami bacaannya dalam diam, saya berpikir akankah ini mengganggu perkembangan kemampuannya bergaul. Akhirnya saya tak mengijinkan dibuat ruang khusus untuk perpustakaan pribadi. Saya hanya mengijinkan deretan rak buku itu diatur di ruang keluarga sehingga ketika membacanya, kami tetap berada di ruang keluarga.

Dear Mothers..

Ternyata kekhawatiran saya tak terbukti. Gurunya di sekolah tak pernah memberikan laporan apapun. Terkadang temannya berkunjung ke rumah dan ikut membaca atau meminjam bukunya. Ketika saya menanyai tentang kehidupan sosialnya dari jawabannya bisa saya simpulkan ternyata dia belajar bersikap dan berpikir sebagaimana tokoh buku kesukaannya. Dan karena kebiasaannya berpikir serta berkreasi, diapun tetap menjalani hidupnya sebagaimana dirinya sendiri.

Dear Mothers..

Anak saya sekarang duduk di bangku SMP dan saya tahu masa-masa ini adalah masa rawan terjadi kenakalan remaja, tetapi entah kenapa dia menunjukkan gejala betah tinggal di rumah bersama buku-bukunya dan tidak suka keluyuran. Saya tak menyesal memperkenalkannya dengan buku, cerita, dongeng, sejak dari kecil. Saya tahu butuh biaya tersendiri untuk semua fasilitas itu, namun ketika saya mengijinkan buku-buku itu tumbuh bersamanya saya tahu saya telah melakukan hal yang benar. Kekhawatiran saya sudah jauh berkurang, buku-buku itu menjadi pengasuh yang baik bagi karakternya. Meski bisa dibilang terlalu dini, minatnya untuk  mendirikan klub majalah sekolah sendiri atau mengurus perpustakaan sekolah sudah ada, dan minatnya besar. Saya sangat bangga karenanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun