Mohon tunggu...
Ongky Hojanto
Ongky Hojanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pakar Public Speaking Indonesia versi koran Kontan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pembicara Seminar | Book Writer | Public Speaker Trainer | NLP Trainer

Selanjutnya

Tutup

Money

Cara Keliru Menghancurkan Niat Baik

11 Februari 2014   22:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:55 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat talk show di Pas FM, senin kemarin (9 februari 2014), Pesona Property di tahun 2014 adalah topik yang dibahas saat itu. Beberapa sms "aneh" dikirimkan secara bertubi-tubi dari orang yang sama.

“Buat apa punya property  banyak, kalau mati juga tidak dibawa”

“Jangan mengejar harta didunia, carilah harta di sorga”

Begitulah sedikit dari bunyi sms yang kurang lebih dikirimkan hingga empat kali.Sms dari satu orang yang sama dengan nomor yang sama dan mungkin dengan satu tujuan yang sama juga. Penginjilan. Karena pasti tidak mungkin penjahilan.

Sebagi  Motivator yang sering menjadi Pembicara Seminar,  Saya bertemu dengan orang-orang seperti sudah sering, apakah di Facebook , kompasiana.com , sms atau saat talkshow. Orang-orang dengan “misi suci” untuk menginjili orang lain agar bisa hidup sesuai dengan  apa yang menurut mereka baik. Dan anehnya, para tokoh agama yang notabene ilmu agamanya lebih tinggi jarang sekali atau hampir tidak pernah membuat hal tersebut. Mungkin mereka paham bahwa hal tersebut tidak efektif dan bahkan menimbulkan antipasti terhadap hal yang disampaikan

Tidak salah dengan tujuan dan misi penginjilan atau dakwah yang dilakukan tersebut. Akan tetapi, jika niat baik disertai dengan cara yang salah. Maka, akan menjadikan ketidak efektifan terhadap hasil yang diterima.

DiSeminar NLP Jakarta, saya membahas sebuah metode pendekatan yang disebut dengan Rapport atau membangun keakraban dengan kawan bicara. Sebelum anda memberikan saran atau ide kepada mereka. Pendekatan yang terstruktur dan dilakukan dengan empati akan lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan yang membabi buta.

Terdapat  dua cara untuk membangun kearaban. Pertama adalah dengan menyamakan bahasa tubuh anda dengan bahasa tubuh dari kawan bicara anda. Samakanlah cara duduk, posisi kaki, posisi tangan, tatapan mata, nada suara, kecepatan berbicara dan juga samakan tarikan napas.

Amati bahasa dari tubuh kawan bicara anda dan ikutilah, selama beberapa menit (sepuluh sampai lima belas menit). Setelah itu, cobalah untuk memimpin mereka atau lead atau mengubah bahasa tubuh anda sedikit berbeda dengan kawan bicara anda.

Misalnya : saat kawan bicara anda berdiri dengan menyilangkan tangannya didepan, ikuti gerakan tersebut dan setelah ngobrol selama sepuluh sampai lima belas menit ubahlah bahasa tubuh anda dengan menaruh tangan didalam saku celana anda. Lihatlah apakah kawan bicara juga melakukan hal tersebut (mengikuti gerakan tangan anda). Jika ia melakukannya maka dapat dipastikan kawan bicara anda telah “trust” dengan anda.

Saat itulah, sugesti atau ide dan saran dapat anda sampaikan dengan tingkat penolakan yang lebih rendah.

Selain cara menyamakan bahasa tubuh, ada dapat mulai menyamakan pola pikir anda dengan pola pikir dari kawan bicara anda. Awalnya setujui dahulu ide dan pendapat mereka dan melalui ide dan pendapat mereka. Dan jadikan ini jalan masuk anda untuk mengoalkan tujuan anda.

Saya teringat ada seorang agent asuransi yang tidak pernah berdebat dengan prospeknya, walaupun sang prospek sering membantah apa yang ia sampaikan.

“Pak, asuransi itukan coma mendoakan orang untuk meninggal” kata si prospek

“Betul, pak. Itu jenis asuransi yang lama. Saat ini, manfaat asuransi sudah disertai dengan investasi sehingga tidak perlu meninggal untuk mendapatkan manfaatnya.” Kata si agent asuransi

“Ya, tapi bapak ngomonya gampang, yang sulit adalah claimed yang sulit.” Lanjut si prospek

“Setuju pak. Untuk beberapa perusahan asuransi memang seperti itu. saat ini saya perlihatkan pembayaran claimed asuransi yang kami lakukan (sambil menunjukan kliping Koran)” lanjut si agent.

Agent asuransi ini berpengalaman sehingga ia tahu niat baik harus disertai dengan cara yang baik pula. Sama seperti para penginjil atau pendakwah yang professional. Mereka tahu cara yang tepat harus ada dalam setiap niat yang dilakukan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun