Mohon tunggu...
Ongky Hojanto
Ongky Hojanto Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pakar Public Speaking Indonesia versi koran Kontan
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pembicara Seminar | Book Writer | Public Speaker Trainer | NLP Trainer

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jenuh Saat Public Speaking

17 Juli 2019   09:12 Diperbarui: 17 Juli 2019   09:15 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Motivator | ... Maafku jenuh padamu,

lama sudah kupendam tertahan dibibirku

mau kutak menyakiti

meski begitu indah kumasih tetap saja

Jenuh...

Sepenggal lagu dari Rio Febrian mungkin menjadi bagian dari suara hati audiens Anda saat mendengar presentasi yang Anda lakukan. Tanda-tanda kejenuhan mudah terlihat dengan sikap tidak antusias, bahasa tubuh tertutup, menguap dan "tatapan kosong" atau beberapa diantaranya tertidur.

Ada banyak penyebab dari kejenuhan ini :

Materi presentasi yang membosankan karena terlalu berat tanpa diselingi humor atau cerita
Nada suara Pembicara Seminar yang monoton dan terdengar datar
Lampu ruangan yang penerangannya kurang
Slide presentasi yang penuh dengan tulisan
Audiens yang dibiarkan membeku karena kurang melibatkan mereka dalam Public Speaking Anda
Tidak ada musik
Tulisan anda di flip chart jelek dan susah dibaca
Bahasa tubuh presenter yang pasif apalagi bicara sambil duduk
Tidak antusiasnya presenter dalam membawakan materi
Cobalah untuk menghindari kesembilan hal diatas dan berikanlah jedah agar audiens Anda dapat "menarik napas" dengan istirahat sebentar diluar ruangan. Untuk presentasi selama 3 jam anda dapat membaginya menjadi dua sesi dan memberikan jedah 30 menit diantara sesi pertama dan sesi kedua.

Dan selama istirahat anda dapat sediakan kopi , tea dan cemilan untuk para audiens Anda.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun