- KONSEP RITUAL MARAO SUKU DAYAK MERAP
Beranjak dari kebudayaan yang ada di setiap suku atau kelompok tertentu, Dayak Merap merupakan salah satu suku yang juga memiliki budaya yang sampai saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat setempat. Salah satu budaya yang masih dilestarikan hingga saat ini adalah Ritual Marao. Sebagaimana pengertian ritual pada umumnya memiliki arti penyembahan, pemujaan maupun pengagungan yang merujuk pada hal religi. Maka ritual Marao juga merujuk pada sebuah kepercayaan atau agama asli dari suku Dayak Merap yang diwarisi oleh para leluhur. Ritual Marao dapat juga disebut ritual pemanggil arwah leluhur, untuk suatu tujuan tertentu. Ritual Marao sudah sejak lama diterapkan dari generasi ke generasi oleh suku dayak Merap. Bahkan ritual Marao ini menjadi salah satu rekomendasi pengobatan alternatif yang sangat popular di kalangan masyarakat dayak Merap.
Ritual marao adalah suatu budaya yang disakralkan oleh masyarakat dayak Merap, dilakukan khusus dan atas instruksi dari dukun atau mediatornya yang disebut Tama'ae Palae. Ritual Marao ini juga bertujuan untuk menyembuhkan orang yang sedang sakit keras, kerasukan ataupun dipelet. Â Untuk melakukan ritual ini, Tama'ae Palae lah yang akan mencari dan mengatur waktu yang tepat untuk melakukan ritual Marao ini. Pelaksanaan ritual Marao biasanya bersifat fleksibel dan tidak dibatasi oleh tempat. Namun yang pasti waktu pelaksanaan ritual Marao ini harus dilakukan pada malam hari, dikarenakan pada saat pelaksanaan ritual Marao harus dalam keadaan gelap atau hanya boleh dibantu hanya dengan sedikit pencahayaan. Lamanya ritual Marao tergantung apa yang diminta oleh keluarga atau orang-orang yang hadir dan tergantung dari apa yang dilakukan oleh arwah leluhur yang dipanggil. Biasanya ketika ritual Marao dilakukan, tidak hanya satu arwah leluhur yang akan datang, tetapi beberapa arwah leluhur yang akan secara bergantian masuk kedalam tubuh Tama'ae Pala'ae.Â
- LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN Â RITUAL MARAO
Dalam pelaksanaan Ritual marao biasanya digelar ketika ada yang sakit keras atau kerasukan bahkan dipelet. Jika ada anggota      keluarga yang sakit walaupun sudah didoakan oleh pendeta dan sudah berobat kerumah sakit, namun tidak kunjung sembuh, apalagi penyakit yang diderita tidak terdeteksi dari pihak medis itu akan berakhir pada ritual Marao. Pihak keluarga biasanya akan konsultasi dan meminta tolong kepada dukun atau mediator Marao untuk menggelar ritual Marao untuk menanyakan tentang sakit penyakit yang diderita dan sekaligus meminta obat. Setelah pihak keluarga berkonsultasi kepada Tama'ae Pala'ae, maka dukun atau mediator ini akan melakukan proses penerawangan. Setelah proses penerawangan selesai, dukun atau mediator ini akan menentukan hari pelaksanaan ritual.
Ketentuan pada pelaksanaan ritual Marao harus digelar pada malam hari. Langkah awal pelaksanaan ritual marao itu harus dipastikan bahwa tempat atau ruang yang digunakan harus gelap dan hanya dibantu oleh sedikit pencahayaan kecil dari lilin atau lampu tembok. Lalu dukun atau mediatornya akan duduk ditengah ruangan bersama dengan pasiennya. Orang-orang yang hadir termasuk anggota keluarga juga harus duduk melingkari dukun dan pasiennya. Ada beberapa orang yang ditugaskan untuk bernyanyi atau yang disebut nyabae untuk mengantarkan dukun untuk menari. Setelah menari dengan menggunakan (mandau) parang, dukun atau mediator akan pingsan dan itu menandakan bahwa arwah leluhur sudah datang dan masuk ke tubuh mediator Marao tersebut.Â
Kemudian mediator yang sudah dimasuki oleh arwah leluhur tadi, akan duduk di atas gong yang sudah disiapkan lalu menyapa semua orang yang ditugaskan untuk nyabae, dan mereka akan memberikan arwah tersebut mutuk atau rokok dan akan diajak untuk berbicara oleh seorang juru bicara khusus. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi dengan sang arwah juga menggunakan bahasa Merap zaman dahulu atau yang hanya dikuasai oleh orang-orang tertentu, seperti jurubicara yang sudah berpengalaman.Â
Kemudian pasien akan diterawang oleh sang arwah, setelah proses penerawangan selesai sang arwah akan langsung memberitahukan apa yang menyebabkan penyakit atau apa yang telah terjadi. Setelah itu, arwah tersebut akan memberikan obat yang biasanya merupakan air yang sudah dibaca mantra. Setelah itu akan ada sesi sembelih ayam kampung berwarna hitam polos, ayam memang seharusnya disiapkan sebelum ritual Marao dimulai. Setelah disembelih oleh sang arwah, darah dari ayam tersebut akan diminum dan kemudian ayam tersebut harus langsung dimasak untuk disantap bersama setelah selesai ritual. Kemudian, ketika selesai semuanya itu orang-orang yang hadir bisa menanyakan apapun kepada sang arwah semisal ramalan tentang kehidupannya kedepan, kapan nikah dan lain sebagainya. Setelah merasa cukup dan sudah selesai tugasnya, sang arwah akan berpamitan lalu akan pergi dari tubuh dukun atau mediator Marao.
Sang arwah akan menari dan menyanyi sebelum pergi meninggalkan tubuh dukun atau mediatornya. Ketika dukun atau mediatornya sadar dan bangun, dia akan terlihat sedikit kelelahan dan setelah semuanya selesai diakhir ruangan sudah bisa dibuka dan lampu bisa dinyalakan. Lalu sesi terakhir keluarga akan memberikan parang atau tempayan sebagai upah dukun atau mediator Marao dalam melakukan ritual tersebut. Setelah selesai, keluarga akan menyuguhkan ayam kampung hitam yang sudah dimasak tadi kepada semua yang telah mengikuti ritual Marao. Â
- BAHAN DAN ALAT YANG DIGUNAKAN DALAM PELAKSANAAN MARAO Â
Bahan-bahan yang digunakan untuk ritual adalah berupa sesajen yaitu sirih, pinang, telur ayam kampung, hati ayam (yang sudah di bakar/digoreng), mutuk, tembakau, pengasi (minuman khas dayak Merap) batang pohon kecombrang (nyaue Kala'a). Alat-alat yang digunakan adalah benda-benda atau barang antik khas dayak merap seperti, Mandau (parang berambut khas dayak Merap), Perisai, Gong, bibutuhkan 2 buah, pakaian adat (cawat), sampe (alat musik tradisional suku Merap) dan batu jimat.
- BUDAYA RITUAL MARAO ADALAH SESAT
Budaya adalah warisan turun-temurun dari nenek moyang suatu suku bangsa yang memang harus dijaga bahkan dilestarikan oleh setiap anak cucu dari generasi ke generasi. Karena pelestarian budaya adalah wujud penghormatan dan rasa cinta setiap manusia kepada suku dari mana manusia itu berasal. Tetapi bagaimana jika budaya dan kebiasaan yang diwariskan oleh nenek moyang itu adalah budaya yang bertentangan dengan Firman Tuhan. Sebagai orang Kristen apakah harus terus menjaga dan melestarikan budaya itu ataukah harus meninggalkannya, jika hal-hal itu bertentangan dengan firman Tuhan. Dalam Ulangan 18: 9-14 sangat jelas sekali bahwa Allah sangat membenci dan melarang umatNya melakukan atau terlibat dalam praktik spiritisme. Dari kajian ulangan 18:9-14 di atas sebenarnya sudah dapat menarik kesimpulan bahwa kebudayaan yang bertentangan dengan Alkitab adalah sesuatu yang tidak perlu dipertahankan oleh orang Kristen. Memang tidak mudah untuk menghilangkan budaya dan adat istiadat yang sudah melekat dalam kehidupan suatu masyarakat, sekalipun budaya itu bertentangan dengan ajaran agama, apalagi jika budaya itu sangat mempengaruhi sistem kehidupan dari masyarakat itu sendiri.Â
Namun kembali lagi, bahwa sebagai orang Kristen yang telah mempercayai Tuhan Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat harus meninggalkan tradisi-tradisi yang menyesatkan umat manusia dan mulai hidup dengan Kasih yang diajarkan Yesus kepada umatNya. Pemanggilan arwah adalah tradisi turun-temurun dari nenek moyang memang bukan hanya suku Dayak merap saja yang melakukan praktek ini. Namun, suku Dayak Merap adalah suku yang memeluk agama Kristen dengan demikian harus belajar menanggalkan budaya-budaya yang tidak sesuai dengan Firman Tuhan.