DUA ORANG BAIK INI MILIK KITA.
Indonesia hari ini mengingatkan saya kepada beberapa obrolan terakhir via telpon dengan sahabat saya, alm. Jefri (ustad Jefri - Uje). Kami kerap ngobrol. Mulai dari hal ringan hingga yang lumayan berat. Satu diantaranya adalah soal sektarian; kebencian akibat perbedaan antara kelompok. Baik agama maupun politik.
"Setelah berpisah belasan tahun, pertemuan kita ini pasti ada maksudNya. Kira-kira apa, ya?", tanyanya iseng, dalam pertemuan pribadi kami di sebuah cafe kecil. Â Sebelum dia memberi saya "PR", saya duluan menjawab "Mungkin Tuhan ingin loe denger satu hal dari gue", ungkap saya tak kalah iseng. "Loe punya jutaan umat dari ceramah loe di TV. Tapi persoalan bangsa tak akan selesai melalui ceramah di televisi. Bau realita persoalan tak bisa dicium dari televisi. Loe dan santri-santri loe harus masuk dari kampung ke kampung. Pasar ke pasar. Sekolah ke sekolah. Rumah ke rumah".
Obrolan terus berlanjut di waktu-waktu berikutnya melalui telpon dan bbm. Bahkan hingga beberapa jam sebelum naas itu terjadi, kami masih sempat bercanda di telpon. "Jef, ada yang bilang, orang baik umurnya gak panjang. Agar tak sempat berbuat jahat". Jefri pun menimpali.."Kalo gitu, mudah-mudahan gw diberi umur panjang. Karena dosa gw banyaaaak. Mudah-mudahan Allah memberi gue kesempatan untuk berbuat baik lebih banyak", ujarnya lirih namun dalam.
Sahabat,
Tentu saja candaan saya kepada Uje tak berdasar. Oleh karenanya tak usah dicari dalilnya. Sebuah gestur komunikasi dalam bingkai persahabatan yang mungkin tak semua orang diluar kami bisa memahaminya. Tapi ada sebuah substansi yang ingin saya sampaikan dari kalimat alm, tentang kesempatan bagi orang baik untuk berbuat baik lebih banyak.
Tidak tahu bagaimana Anda, tapi saya pribadi lelah rasanya membaca berita dan tulisan yang memburuk-burukkan dua orang baik Indonesia, Prabowo dan Jokowi. Orang baik seperti Jokowi harus didukung oleh orang baik. Sebaik-baiknya. Diperjuangkan untuk bisa berbuat baik lebih banyak untuk bangsanya. Orang hebat, berdisiplin tinggi dan terbukti mampu menunjukkan integritasnya seperti Prabowo, harus ditapis dan dipisahkan dari orang-orang jahat yang mencoba menumpang integritasnya.
Mengapa dalam memilih yang terbaik dari dua orang baik, kita membiarkan orang-orang jahat menggunakan kita, rakyat Indonesia, untuk menjelekkan salahsatunya? Padahal, bukankah keduanya adalah orang baik milik kita?. Sekali lagi, MILIK KITA. DUA ORANG BAIK MILIK BANGSA INDONESIA. Mengapa dua orang baik ini harus dijahati salahsatunya, hanya agar kepentingan orang jahat terikut dalam gerbong kemenangan salahsatunya? Mengapa kita--disadari atau tidak--terlena lalu ikut jadi jahat untuk mendapatkan yang terbaik dari dua orang baik?
Tarik nafas, istigfar lalu ambil jarak. Yakinkan diri kita bahwa Prabowo dan Jokowi adalah ORANG-ORANG BAIK MILIK KITA, yang harus dijauhkan dari orang-orang jahat yang selama ini telah menghianati kepentingan kita, rakyatnya. Jika kita yakin keduanya baik, maka ia akan tetap orang baik dan melakukan hal yang baik bagi bangsanya, walaupun tak menjadi presiden.
Kitalah yang harus menyelamatkan kedua orang baik ini dari orang-orang jahat. Sekali lagi, karena mereka milik kita. Saya tak ingin mengarahkan Anda tentang siapa orang-orang jahat itu. Karena nurani Andalah jurinya.
Hormat saya untuk orang-orang baik Indonesia; Alm. Uje, Prabowo dan Jokowi.