Tim OVOC IPB Desa Balida melanjutkan program pengembangan komoditas bambu dengan melaksanakan pelatihan praktis bagi masyarakat Desa Balida, Kecamatan Paringin, Kabupaten Balangan. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 30 Oktober hingga 2 November 2023 di Pasar Budaya Racah Mampulang. Anggota tim, Agung Nugroho, Nada Medistira K, dan Diva Nurfitrianti A, membawakan program pendampingan yang berjudul "Pendampingan dan Transfer Teknologi Komoditas Ekowisata Bambu dan Pemanfaatan Bambu sebagai Bangunan Gazebo."
Kerjasama antara IPB University dan PT Adaro Indonesia turut mendukung program pendampingan ini, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat Desa Balida dalam pengelolaan bambu sebagai komoditas unggulan. Peserta melibatkan lembaga desa, pengrajin bambu, kelompok ekoriparian, dan pokdarwis sebagai pengelola wisata. Program ini merupakan tindak lanjut dari pelatihan sebelumnya pada bulan September 2023.
Menurut Hikmatullah, narasumber dan tenaga ahli dari Yayasan Bambu Indonesia (YBI), potensi pengelolaan bambu di Desa Balida memiliki keunggulan yang dapat dikembangkan. Ia melihat Desa Balida sebagai calon pusat industri pengolahan bambu di Kalimantan Selatan. Hikmatullah berpendapat, "Hal ini patut untuk dikembangkan dan dipadukan dengan wisata yang ada di Desa Balida menjadi sentra pengembangan bambu sekaligus eduwisata berbasis bambu."
Pendampingan kedua mengenai komoditas bambu ini difokuskan pada penerapan bangunan konstruksi bambu sebagai objek wisata baru di Desa Balida. Tim, bersama Hikmatullah dan Haris, memilih tema "Pembuatan Gazebo dari Bambu" sebagai langkah awal menuju pengembangan tersebut. Proses pembangunan gazebo bambu dilaksanakan selama 3 hari, mulai dari pemilihan bambu, pembersihan bambu, pembuatan kuda-kuda (rangka), pembuatan alas, hingga pemasangan atap. Pada hari keempat, pendampingan lebih berfokus pada ibu-ibu PKK yang antusias untuk membuat kerajinan tangan dari bambu, khususnya keranjang yang dapat digunakan sebagai kemasan botol minuman ramah lingkungan.
Haris menegaskan, "Pada masa sekarang, kegiatan pariwisata sudah meninggalkan kemasan yang tidak ramah lingkungan, yaitu plastik. Maka kemasan dari bambu dapat memiliki nilai plus tersendiri." Pendampingan ini diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam pengembangan ekowisata berbasis bambu di Desa Balida dan mendorong penggunaan bahan ramah lingkungan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H