Mohon tunggu...
One Village One CEO
One Village One CEO Mohon Tunggu... Editor - Direktorat Pengembangan Masyarakat Agromaritim

Program Inovasi Pengembangan Bisnis Perdesaan Berbasis pada Produk Unggulan Desa (Prukades) yang Berorientasi Ekspor

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

IPB dan Adaro Kembangkan Ekowisata Padi Berkelanjutan di Desa Liyu Lewat Program OVOC

29 Oktober 2023   15:25 Diperbarui: 29 Oktober 2023   15:25 186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendampingan Pengembangan Ekowisata Padi di Desa Liyu (Dokpri)

Desa Liyu merupakan salah satu desa di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan yang kaya akan potensi sumberdaya pangan khususnya padi. Selain itu, pesona keindahan alam yang dimiliki mendorong tercetusnya ide untuk menjadikan Desa Liyu sebagai destinasi ekowisata padi. Potensi alam lain yang menunjang Desa Liyu sebagai desa wisata diantaranya Sungai Watu Badinding, Bahatan, goa kelelawar, air terjun dan lain sebagainya.

“Desa Liyu yang didominasi oleh suku Dayak memiliki tradisi dalam proses budidaya padi dari hulu ke hilir. Dimulai dari persiapan ladang dengan metode ladang berpindah melalui ritual Melatuhini. Persiapan tanam padi juga masih menerapkan metode nenek moyang dengan memperhatikan aspek astronomi, hal tersebut yang membedakan budidaya padi sehingga jadi desa wisata padi di Liyu ini sendiri,” ujar Syukri.

Tim One Village One CEO (OVOC) IPB University bersama PT Adaro Indonesia melalui program Matching Fund Kedaireka saling bekerjasama untuk melaksanakan pendampingan terkait pembentukan ekowisata Padi di Desa Liyu (18/9). Turut hadir dalam hal ini Tim Ahli IPB yaitu, Dr. Resti Meilani (Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan) untuk memberikan pembekalan materi sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat Liyu.

Masyarakat sangat antusias menyambut kegiatan pendampingan tersebut. Tak hanya kelompok sadar wisata saja yang hadir, namun lembaga desa dan kelompok tani juga turut serta mengikuti kegiatan pendampingan oleh IPB. Menurut keterangan dari Megi, ketua kelompok sadar wisata, pengembangan potensi desa sebagai desa wisata telah ada sejak tahun 2019, dengan sistem pengelolaan yang telah terorganisir. 

Narasumber Dr. Resti Meilani, Dosen KSHE Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB (Dokpri)
Narasumber Dr. Resti Meilani, Dosen KSHE Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB (Dokpri)

“Desa Liyu ditetapkan dengan SK sebagai desa wisata pada tahun 2023 dengan berfokus pada ekowisata alam dan ekowisata padi. Hal yang juga tidak kalah menarik di desa ini adalah pada saat panen yaitu adanya festival Mesiwah Pare Gumboh yaitu sebuah tradisi suku asli Liyu yang mengikuti berbagai ritual-ritual sebagai pensucian padi yang telah dipanen. Event ini sering menjadi perwakilan di berbagai event kebudayaan serta telah masuk ke event internasional,” ujar Megi. 

Hadirnya IPB melalui program One Village One CEO menambah wawasan mengenai pengelolaan wisata dan memberikan manfaat pendampingan agar ekowisata padi di Desa Liyu semakin berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun