Mahasiswa IPB University melalui program MBKM Sociopreneur One Village One CEO (OVOC) 2023 mengadakan pendampingan selama 2 hari pada tanggal 1415 September 2023 di Desa Gudang Seng, Kabupaten Barito Timur, Kalimantan Tengah. Program OVOC ini merupakan sebuah program yang bertujuan untuk mengembangkan dan membentuk ekosistem bisnis pedesaan berbasis produk unggulan desa. Produk unggulan yang dikembangkan di desa Gudang Seng berfokus pada usaha budidaya Lobster Air Tawar.Â
Pelatihan ini dihadiri oleh kurang lebih 40 warga, perangkat desa, Dosen ahli, mahasiswa IPB University, serta CSR PT Adaro Indonesia. Dr. Ir. Irzal Effendi, M.Si. selaku Dosen IPB University menyampaikan bahwa Lobster Air Tawar di Desa Gudang Seng memiliki potensi yang unggul untuk dikembangkan, dikarenakan Lobster Air Tawar dapat dibudidayakan pada beberapa segmen mulai dari pembenihan, pendederan, dan pembesaran hingga ukuran konsumsi yang dapat menjadi tambahan mata pencaharian masyarakat.
Lobster Air Tawar atau red claw (capit merah) memiliki nama lain seperti red claw crayfish, red clawed yabby, Australian red clawed crayfish, blue lobster, blue yabby, dan giant crayfish. Lobster ini adalah spesies air tawar tropis yang berasal dari Australia bagian utara dan Papua Nugini, namun pembudidayaannya menyebar ke kawasan Asia Tenggara, Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan sebagainya.Â
Lobster air tawar memiliki banyak jenis (sekitar 650 spesies), namun yang paling umum dibudidayakan adalah jenis capit merah Cherax quadricarinatus yang memiliki ukuran besar sehingga dibudidayakan untuk tujuan konsumsi. Lobster ini bisa mencapai panjang total sekitar 25 cm dengan bobot 600 g per ekor. Warna tubuh lobster ini hijau kebiruan atau biru kehijauan hingga hijau atau biru, dan terdapat warna merah pada capitnya sehingga disebut dengan si capit merah (red claw).Â
Beberapa keunggulan yang dimiliki Lobster Air Tawar sebagai komoditas budidaya antara lain jenis pakannya fleksibel, pertumbuhannya cepat, perkembangbiakannya mudah, fekunditas telur tinggi, tidak mudah stress atau toleran terhadap perubahan lingkungan perairan, pemeliharaannya mudah dan murah, tidak membutuhkan lahan yang luas dan air yang banyak dengan menggunakan sistem resirkulasi dan bertingkat, serta permintaan pasar sebagai keperluan konsumsi dan lobster hias cukup tinggi.
Masyarakat sangat antusias terhadap penyampaian materi yang disampaikan oleh Bapak Dr. Ir. Irzal Effendi, M.Si terkait dengan Budidaya Lobster Air Tawar. Pelatihan yang diberikan menjadi pengetahuan baru bagi masyarakat dan dapat menjadi peluang usaha untuk masyarakat kedepannya.Â
"Adanya pelatihan ini membuat saya makin termotivasi untuk membudidayakan Lobster Air Tawar" ujar Rahmania selaku operator Desa Gudang Seng.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H