Kelompok Tani Ternak Jati Sumo Negoro Cengkir Gading melakukan pengembangan usaha pembibitan sapi. Peningkatan populasi menjadi satu kunci sukses program swasembada daging sapi. Salah satu trik mempercepat tingkat kelahiran dengan mengatur waktu kawin, sehingga tersedia anakan sapi setiap tahun.Â
 "Masalah reproduksi ternak khususnya indukan seperti kawin berulang, panjangnya jarak beranak dan rendahnya kebuntingan induk jadi penghambat tersendiri bagi pengembangan usaha pembibitan sapi", ujar Koordinator OVOC Nurul Husnul Hotimah.Â
Serupa dengan hewan mamalia lainnya, sapi perlu waktu bunting selama 9 bulan untuk bisa menghasilkan bibit/bakalan. Namun yang justru sering terjadi setelah melahirkan adalah sapi betina indukan tidak kembali dikawinkan. Ada yang malah langsung menjualnya atau menyembelihnya meski masih berusia produktif.Â
Padahal sapi potong bisa dikawinkan kembali dalam waktu 2-3 bulan setelah beranak. Dengan demikian, sapi dapat bunting lagi dalam waktu 3-4 bulan pasca beranak. Sayangnya di peternak, sering terjadi kasus infertilitas berupa ketidakmampuan birahi setelah beranak. Akibatnya, sapi terlambat kawin dan rentang beranaknya menjadi lebih dari 18 bulan. Rentang yang panjang ini menyebabkan angka kelahiran sapi potong masih rendah yakni sebesar 18,4% dan mortalitas sebesar 2,0%. Mahasiswa IPB berharap dengan dibuatkannya kalender kawin bisa membantu KTT Jati Sumo Negora Cengkir Gading dalam mengatur waktu kawin sapi, Sehingga anakan sapi tersedia setiap tahun.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI