Mohon tunggu...
Iswanti Ajah
Iswanti Ajah Mohon Tunggu... -

Seorang teman yang masih muda dan senang olahraga meninggal dalam sebuah perjalanan, bukan karena kecelakaan, tapi karena terkena serangan jantung. \r\n\r\nPagi-pagi teman alm kirim bbm pada temannya. Bunyi bbmnya, dia senang mau pulang. Dia juga bilang harus mengikhlaskan kepergian Alm, biar dia tenang. Ternyata sorenya yang kirim bbm ini juga "berpulang". \r\n\r\nKematian merupakan suatu peristiwa yang pasti bagi setiap makhluk-Nya. Hanya soal waktu saja.\r\n\r\n-- Menulis untuk bisa dikenang oleh keluarga dan handai taulan\r\nhttp://isonetea.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nur, Janggeum-nya Indonesia

5 Oktober 2010   00:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:43 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih terekam di benakku saat pertama kali berkenalan dengan Nur saat kami kelas 2 SMA. Nur adalah adik sepupu mahasiswa yang kos di rumahku.  Orangnya lugu, imut, manis, tinggi, gembil dan agak gemuk. Pertemuan yang terjadi tidak sampai sejam itu ternyata mempertemukan kami sebagai dua orang sahabat.  Lalu komunikasi berlanjut lewat surat. Nur yang tinggal di Kandangan Sidoarjo rajin sekali mengirimiku surat. Korespondensi tetap berlangsung  hingga kami masuk bangku kuliah. Nur kuliah di Akper jalan Ijen Malang, sedangkan aku di Depok Jabar. Tapi kemudian komunikasi terputus setelah Nur memasuki gerbang rumah tangga.

Saat awal datang ke Malang, aku berhasil mendapatkan nomor HP-nya. Ternyata Nur sekarang tinggal di Mojokerto bersama suaminya. Dia kaget begitu kuberitahu kalau aku sedang melanglang buana di bumi Malang.  Lalu Nur menyempatkan waktu khusus bertemu denganku di Malang.

Aku kaget  melihat keadaaannya sekarang. Setelah belasan tahun tidak bertemu, ternyata Nur telah tumbuh menjadi seorang wanita yang matang dan mandiri. Duh, jadi malu deh kalo ngebandingin diriku dengan Nur, jauh banget bedanya. Aku ya masih seperti yang dulu: tukang jalan-jalan dll! Hehehe.

Liburan Idul Adha dan tahun baru saat itu kumanfaatkan untuk bersilaturahim ke rumahnya. Nur menjemputku di terminal bis Kertanegara Mojokerto. Aku ga langsung dibawa ke rumahnya tapi dibawa keliling dulu; ke rumah teman-temannya, ke lab, dsb. Ternyata ibu yang satu ini sibuk sekali. Setelah sampai rumah dia belum juga istirahat, karena harus mengurusi anak dan suaminya. Eh, ternyata  malam itu dia ada tugas jaga. Nur mengajakku ikut tugas malam. Aku jadi ga enak. Kukira dia liburan juga. Aku lupa, mana ada perawat yang liburnya sesuai dengan penanggalan kalender.

Aku baru tahu, ternyata Nur adalah perawat handal ruang ICU RS di mana dia kerja. ICU memerlukan perawat yang mampu bekerja mandiri, memiliki keahlian yang handal dalam menjalankan peralatan canggih dan tindakan medis, berdedikasi (karena harus membersihkan kotoran seperti feses-nya orang sakit) dan tentu saja bermental baja karena tanggung jawabnya besar sekali dan juga harus memiliki ketenangan jiwa saat kondisi pasien sangat kritis. Dengan mata kepalaku aku melihat bagaimana dia sangat terampil memasukkan jarum infus, suntik bahkan memasukkan catheter. Untuk yang terakhir ini aku ga berani melihat. Ngeri!

Aku melihat Nur sangat dekat dengan pasiennya dan sabar. Jarang sekali ada perawat seperti Nur. Jadi ingat perawat di ruang ICU di mana mamaku dirawat yang galaknya minta ampun. Mamaku sampai menangis melihat seorang pasien stroke yang berteriak kesakitan tapi malah diteriaki oleh perawat galak itu.

Dinas dari jam 9 malam hingga 7 pagi ternyata belum bisa menaklukkannya untuk bisa diam sejenak. Setelah pulang dari RS, aku diajaknya ke Wonosari untuk mengunjungi temannya. Wah, aku baru tahu ternyata ibu ini banyak sekali temannya.  Aku lalu memintanya untuk tidur siang sebentar di rumah temannya ini, berhubung aku tidak tega melihat dia dengan mata lelah harus terus mengendarai sepeda ( di jatim sepeda=motor).

Setelah itu, langsung pulang,kah?  Ternyata ada home care!

Kira-kira 5 km dari rumah Nur yang terletak di pinggir Mojokerto ada sebuah desa. Di desa itu hampir semua penduduknya berobat ke Nur. Awal dia bisa sampai ke desa itu adalah saat ada orang yang sakit dari desa itu minta diobati oleh Nur. Ternyata si sakit cocok dan sembuh. Lalu terjadilah promosi dari mulut ke mulut. Banyak pasien yang datang ke rumah Nur tapi berhubung rumah Nur kecil maka diputuskan Nur lah yang merawat para pasien yang tidak mampu pergi ke RS itu untuk dirawat di rumah pasien sendiri. Kegiatan ini berlangsung setiap hari.

Hampir semua penduduk desa itu kenal dengan sahabatku ini. Ketika motor melaju di desa itu pasti saja ada yang memanggilnya, atau Nur dulu yang menyapa lewat suara klakson motornya. Mereka seperti keluarganya. Kalau mampir memeriksa pasien yang sedang sakit, entah itu pasien yang sedang diinfus ataupun pasien luka kena duri waktu di sawah, pasti rumah itu dikerubungi tetangga si pasien yang datang untuk cek kesehatan. “Kadang tangan ini pegel harus mompa tensimeter terus hahhahha,” ujarnya.

Melihat dedikasi perawat yang satu ini, aku jadi ingat serial Janggeum, seorang dokter wanita pertama di Korea yang mendedikasikan seluruh hidupnya untuk orang lain. Hanya beda pengobatannya saja. Janggeum memakai TCM (Traditional Chinese Medicine) sedangkan Janggeum yang satu ini memakai cara western medicine.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun