Selang beberapa lama, terdengar suara ambulan memasuki area pasar. Rupanya sudah ada yang menghubungi pihak rumah sakit. Dua orang petugas kesehatan berlari menghampiri.
Kemudian, "O..O..Oeeekk....oeekkkk..," terdengar nyaring suara bayi.
Tepuk tangan bergemuruh. Murdok keluar dari kerumunan ibu-ibu. Memberi kesempatan dua orang petugas kesehatan melanjutkan sisa kerjanya. Tangannya berlumuran darah. Seseorang menyodorkan seember air, "Silakan Dok."
"Wah..hebat kau Dok..rupanya kau sudah jadi dokter. Padahal terakhir aku dengar kau sekolah di STM," sapa sang kawan sesaat setelah ucapan selamat dan terima kasih mereda. Sang kawan adalah bekas kawan SD. Sebangku pula.
"Yaah..begitulah seperti kau lihat sendiri. Kau sendiri sekarang bagaimana? Kerja di mana? Ngapain ada di sini? Bukannya sudah sukses di kota besar?" sahut Murdok lancar jaya. Setengah bingung setengah bangga.
"Hehe..aku belum ada apa-apanya. Baru bulan kemarin wisuda. Ini datang ke kotamu sedang ngurus surat tugas."
"Oh ya? Tugas apa?"
"Dokter jaga. Maklumlah dokter baru. Beda dengan kau..cepat, tangkas dan berani. Kau masih ingat saat mencuri mangga di belakang sekolah dulu?"
Murdok terpana. Mulutnya terkatup rapat.
"Oh Tuhan...apalagi ini?" gumamnya berusaha tenang. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H