Masno sedang celingukan. Kelihatan seperti celingukan yang serius. Jari-jari tangan kirinya mengepit sebotol shampo impor dan sebuah sikat gigi.
Rupanya dia masih sedang mencari sesuatu. Tekun mengitari tiga rak berjajar sebuah mini market. Raut wajahnya seperti berpikir keras. Mirip wajah orang Jepang saat akan menentukan hari baik menaburi Pearl Harbour dengan bom.
Sepemakan sirih berlalu, terlihat Masno berjalan cepat keluar dari mini market. Menghampiri sang juragan yang sedang duduk memainkan gawai di salah satu meja kecil sekitar pelataran depan.
"Hey..ada apa ya? Siapa kamu?" celetuk dan sorot seorang bapak perlente seperempat kaget. Sesaat setelah Masno menyodori sikat gigi.
"Oh.. Maaf pak.. Maaf.. saya kira juragan saya...," lirih Masno meredam malu yang tertebar.
Rupanya dia salah orang. Ini merupakan kendala hidup yang disadarinya. Kadang kala dia juga sempat berpikir apa dia juga salah juragan? Namun lekas dienyahkan pikiran buruk itu. Dia malas mencari juragan baru. Iya kalau lebih baik. Kalau lebih parah?
Dari meja seberang sang juragan asli serta merta melengos. Memalingkan wajah. Merasa malu menyaksikan pemandangan itu.
"Ah..kau..salah orang lagi. Beruntung gigi kau tidak lantas disikat," ujar sang juragan prihatin.
Saat akan memeriksa barang pesanan, sang juragan seperti kurang puas. Raut wajah yang seperti menjadi langganan. Karena raut wajah itu sudah terlihat sebelum memeriksa isi bungkusan.
"Aahh..kau salah lagi..mana cuma tiga macam. Aku pesan tadi semuanya ada empat macam. Tiga yang kau beli ini cuma benar dua. Ini apa? Siapa pesan kondom? Aku khan bilang Mandom..!"
Masno terdiam.