Peringatan Hari Hak Asasi Manusia (HAM) jatuh pada tanggal 10 Desember setiap tahunnya. Momentum ini ditetapkan sebagai wujud untuk meningkatkan kesadaran bagi masyarakat tentang pentingnya hak asasi bagi setiap manusia.Bagian dari kerja protes dari anak-anak muda Papua atas Gempar-gempurnya pelanggaran HAM di Papua, kala itu [2009], Oktopianus Pogau (Alm) menghubungi kami dan bahas bagaimana sikap seorang anak muda sikapi momen hari HAM sedunia.
Kisaran tahun itu (2008/2009), tidak ada facebook ( FB) dan WhatsApp (WA). Saat itu Mungkin yang ada itu friendster, Skype dan yahoogroups sebagai media komunikasi dunia maya. Tidak seperti sekarang.  Jadi, kami 'baku' kontak melalui  telepon biasa. Telepon sambung-sambung. Perwakilan bogor ada Auki (Eby) Tekege, kalo jakarta, Okto Pogau, dia sendiri. Jogja, Sony Dogopia. Dan surabaya, saya.
"Woi, ini tanggal 10 desember, hari HAM sedunia, kam tra fikir apa-apa kah ?" Kata okto dibalik telepon.
" itu lagi, kita bikin apa?" Kami jawab macam serentak.
"Yo, trada media yang penyeimbang di Papua. Ada tapi hanya JUBI, jadi bagaimana kita bikin media kah?" Kata pogau.
Kami langsung diam dengan tawaran ini. Selainn korbankan waktu, belum paham juga tentang dunia jurnalistik. Mao mulai tulis dari mana, kemana, apa yang mao ditulis. Pokoknya banyak alasan. Â
Padahal teman-teman yang okto hubungi sudah punya (memiliki) webblog masing-masing dan selalu aktif menulis Opini di blog masing-masing. Sekalipun tulisannya masih kaki-kepala. Ya, memang orang belajar-kan slalu dari kaki kosong.
"Bah, kenapa diam," lanjut okto lagi.
"Kita sepakat tapi......."
"Tapi-tapi apa?, kam su tulis di blog pribadi itu. Artinya kam su bisa menulis" okto bicara dengann nada tegas semacam keluarkan sifat aslinya. Keras, tegas, dan harus ikut dia pu mau.
Dalam hati saya bilang, "anak ini macam apa e, saya ini dia pu kk baru, tekan-tekan seperti dia yang kk saja,...."