Tahapan Pemilukada di 12 Kabupaten/Kota di Sulsel telah diselenggarakan pada tanggal 27 Juni 2018 lalu. Namun selesainya hari pencoblosan tersebut masih menyisakan banyak persoalan, khususnya terkait temuan beberapa pelanggaran adminstrasi di beberapa kabupaten/kota.
Akibat temuan pelanggaran tersebut, beberapa pihak khususnya paslon yang berkompetisi di beberapa daerah tidak serta merta dan legowo menerima hasil Pemilukada.
Selain itu, beberapa Paslon juga tidak menerima hasil Quick Count yang dikeluarkan oleh sejumlah lembaga survei karena data tersebut berbeda dengan hasil real count yang dilakukan oleh pihak paslon bersangkutan.
Menyikapi  hal tersebut, Lembaga yang konsen di bidang pembangunan dan demokrasi, BRORIVAI Center, menyarankan kepada semua pihak agar menunggu hasil rekapitulasi resmi dari Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Daripada kita semua saling mengklaim kemenangan ataupun tidak menerima hasil quick count, lebih baik kita menunggu hasil resmi dari KPU. Hal itu jauh lebih baik demi keamanan dan kedamaian di daerah tercinta kita ini," saran Pendiri BRORIVAI Center, Abdul Rivai Ras, dilansir dari situs resmi brorivai.com, Sabtu, 30 Juni 2018.
Lanjut Rivai Ras, Seringkali masyarakat kita larut dalam setiap proses pertarungan Pilkada, karena bentuk kampanye atau dukungan yang massif dari masing-masing pasangan calon yang dicanangkan sejak lama menjadi acuan, sehingga kerapkali tidak akan siap menerima resiko kekalahan.
Jika nantinya hasil resmi dari KPU tidak jauh berbeda dengan hasil Quick Count, Pengajar Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia ini menyarankan agar semua pihak dapat legowo dan ikhlas menerima hasil tersebut.
"Ketika seseorang tidak ikhlas menerima kekalahan dari sebuah pertandingan yang terbuka dan terukur dengan aturan, maka dia sedang menciptakan monster amarah yang membuat dirinya kalah oleh dirinya sendiri. Untuk itu, menerima kekalahan adalah bukti bahwa kita telah berkontribusi untuk kemenangan," ujarnya.
Dan bagi pihak yang menang, kata Rivai Ras, seyogyanya harus merangkul seluruh kandidat untuk duduk bersama-sama membangun Sulsel ke depannya.
"Ketika saya berkeliling Sulsel di 24 kabupaten/kota selama tiga tahun, secara kasat mata saya melihat langsung penderitaan rakyat tingginya kemiskinan, pengangguran usia muda, jalan penghubung yang minim dan rusak parah, kampung terisolir, pasar kumuh dan isu kekerasan di kalangan anak muda. Dan hal itu tidak bisa diselesaikan hanya dengan bergantung pada Gubernur saja, melainkan harus melibatkan semua pihak," ungkap Bro Rivai, sapaan akrab Abdul Rivai Ras.
BRORIVAI Center sendiri, kata Rivai Ras, siap diajak duduk bersama untuk berdiskusi dalam memberikan input demi kemajuan pembangunan di Sulsel.