Bismillahirrahmanirrahim..
Pemilu 2014 tinggal beberapa bulan lagi. Gambar-gambar calon legislatif, foto-foto calon presiden dan wakilnya telah terlebih dahulu nampang di berbagai media informasi dan juga terpampang dengan berbagai ukuran spanduk dan baligho. Tak ketinggalan pula berbagai kegiatan sosial dan kunjungan ke tempat-tempat yang menjadi kantong suara pun dilakukan. Semua demi meraup sebanyak-banyaknya dukungan suara dari rakyat di dapil masing-masing yang nantinya akan mereka wakili aspirasinya di parlemen.
Memang tidak seperti pemilu 5 tahun silam yang melibatkan partai begitu fantastis jumlahnya, berkurangnya jumlah partai peserta pemilu 2014 diharapkan bisa memaksimalkan perolehan suara dan mengefisienkan biaya pemilu yang sangat mahal, meskipun banyak kalangan yang masih meragukan hal ini, karena jumlah yang sekarang juga dianggap masih terlalu banyak. Lihat bagaimana USA, sebuah negara adikuasa hanya terdapat 2 partai saja dalam setiap pemilunya.
Yang masih menarik untuk dikaji dari 12 partai berskala nasional dan 3 partai lokal Nangroe Aceh Darussalam, adalah keberadaan partai - partai berasaskan islam dan partai yang berasaskan nasionalis ternyata berimbang. Partai berasaskan Islam ada 7 buah sedangkan yang berasaskan nasionalis berjumlah 8 buah. Artinya kekuatan dua asas ini seimbang.Kita akan bahas dalam tulisan ini hanya partai Islam saja.
Islam sebagai agama dengan penganut lebih dari 80% di negeri ini seharusnya bisa memberi warna yang jelas dan tajam, dengan bersatunya ummat . Namun yang terjadi adalah terpecahnya ummat islam dengan banyaknya partai Islam, dan bangga dengan partai masing-masing serta merendahkan partai yang lain. Sangat jauh dari nilai ukhuwah Islamiyah yang menjadi slogan nilai kebaikan Islam itu sendiri. Belum lagi ummat Islam yang terbawa dan gandrung dengan asas nasionalis karena dianggap lebih baik, akan sangat sulit bagi ummat ini untuk bersatu.
Jangankan untuk skala besar RI, di NAD saja ummat Islam sudah harus dihadapkan pada 3 pilihan yang berbeda. Mengapa para ulama di sana tidak duduk bersatu dalam satu majelis dan merembugkan apa solusi yang terbaik bagi masyarakat NAD agar kedamaian, kesejahteraan, dan keamanan bisa terwujud. Islam mengenal yang namanya majelis syura, yang bertugas merumuskan berbagai masalah dan mencari solusinya. Bukan atas nama partai, tetapi atasnama Islam.
Dalam skala nasional partai Islam ada 4 buah, artinya potensi suara yang dimiliki ummat ini terpecah ke dalam minimal 4 partai ini. Banyak yang bertanya kenapa tidak membuat 1 partai saja, selain biaya lebih murah, perolehan suara pun lebih optimal. Yang jelas ummat tidak bingung lagi harus memilih partai mana, ketika dirinya merasa sebagai seorang muslim, dan yakin dengan memilih salah satu partai akan membawa perubahan, pasti tidak akan memilih partai nasionalis.
Saya termasuk salah satu orang yang masih meyakini bahwa pemilu tahun depan tidak akan membawa perubahan yang berarti bagi keadaan negeri ini. Yang ada justru perpecahan ummat, dan imbasnya adalah makin lemahnya kekuatan Islam untuk memperjuangkan syariatNYA. Islam yang diharapkan sebagai solusi bagi ruwet kusutnya permasalahan di negeri ini lagi-lagi harus tersingkirkan.
Benar kata Nabi Muhammad SAW, bahwa di akhir zaman Ummat Islam diibaratkan seperti makanan lezat yang diperebutkan oleh orang-orang yang kelaparan. Begitu banyaknya tetapi tidak ada kuasa sama sekali. Bagai buih yang terombang ambing ombak dan angin.
Seharusnya peran para ulama lebih dominan untuk kemaslahatan dan persatuan ummat. Atau jangan-jangan mereka telah terjangkiti penyakit AL-Wahn (cinta dunia dan takut mati). Kalu ni terjkadi, kasihan ummat, harus kepada siapa mereka mengikut...
wallahua'lam