Terdapat pasang surut dalam hubungan antara Australia dan Indonesia. Sejak Indonesia mendeklarasikan kemerdekaannya pada Agustus 1945, hubungan kedua negara mengalami beberapa perubahan. Untuk menjamin keberlanjutan kemitraan, Indonesia dan Australia sebagai tetangga harus mampu menciptakan kemitraan yang positif dan kooperatif. Tensi politik antara kedua negara kadang-kadang meningkat setelah keterlibatan Australia dalam krisis Timor Leste. pelanggaran berat hak asasi manusia yang terjadi pada tahun 1999 dan salah satu hasil yang mengejutkan pemerintah Indonesia adalah pilihan Timor Timur untuk mundur dari Indonesia, dengan 344.580 suara memilih memisahkan diri dan 94.388 suara memilih otonomi.
Bom Bali tahun 2002 menandai titik balik ketegangan antara kedua negara. Setelah sempat terhenti akibat konflik di Timor Timur, kedua negara kembali menjalin kerja sama pertahanan. Terlebih setelah ledakan di Bali yang merenggut nyawa 202 orang, termasuk 88 warga Australia, Indonesia dan Australia memperkuat kerja sama militer.
Lalu, ketika Australia mulai menerima pencari suaka Papua pada awal 2006, muncul dilema baru terhadap hubungan kedua negara. Banyak orang Papua terpaksa meninggalkan tanah airnya karena situasi sosial politik negatif yang berkembang di sana, yang mengarah pada pelanggaran hak asasi manusia. Inilah alasan utama mengapa pada tahun 2006 42 orang Papua mengajukan suaka politik ke Australia. Pemerintah Indonesia dan Australia memulai negosiasi kerja sama keamanan di tengah pasang surut hubungan mereka, yang ditandai dengan "Perjanjian Lombok", pada 13 November 2006, yang akhirnya mengarah pada peningkatan hubungan keduanya.
Dengan begitu, perlu diketahui bahwa interaksi interpersonal sangat penting untuk meningkatkan hubungan antara Indonesia dan Australia. Dalam hal ini, komunitas pendatang dapat terdiri dari anggota masyarakat atau individu-individu terisolasi yang menyatukan berbagai komunitas. Diaspora sering digunakan untuk menyebut orang yang tinggal di luar negeri. Diaspora saat ini memainkan peran penting dalam keterlibatan global, khususnya dalam mempromosikan kerja sama antara Australia dan Indonesia. Diharapkan juga setelah masa lalu yang kurang baik, diaspora Indonesia mampu memperbaiki hubungan antara Indonesia dan Australia. Dalam pertemuan dengan Komite Eksekutif Masyarakat Indonesia di Luar Negeri pada 3 Juli 2017, Presiden Joko Widodo mengatakan, "Diaspora dapat membantu pemerintah memperkuat perekonomian nasional. Dengan ekspor yang meningkat, orang Indonesia yang berada di luar negeri diharapkan mampu menarik minat investor asing."
Orang Indonesia memiliki banyak pilihan pekerjaan untuk bekerja di Australia. Hal ini disebabkan, para perushaan di Australia sangat membutuhkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI), terutama di sektor rumah sakit yang membutuhkan perawat, serta di industri makanan atau restoran, perhotelan, pertanian, dan pemotongan hewan. Seiring dengan peningkatan taraf hidup, diaspora memberikan kontribusi yang signifikan untuk meningkatkan posisi Indonesia di kancah internasional. Diaspora inilah yang kemudian menginspirasi komunitas diaspora Indonesia untuk membentuk sebuah kelompok bernama Indonesian Diaspora Network, atau disingkat IDN. IDN Australia (IDN-AU) didirikan pada tanggal 6 Juli 2013 dengan dukungan penuh dari Bapak Gary Jusup, Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Sydney (KJRI) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Australia (KBRI). Pembentukan IDN-AU dimulai setelah adanya konferensi pertama (CID-1) yang diadakan di Los Angeles, Amerika Serikat.
Ide pembentukan IDN USA lahir dari banyaknya penduduk Indonesia yang tinggal di USA yang ingin mendukung dan mengembangkan Indonesia dari USA, tetapi tidak tahu bagaimana mengarahkan tujuan dan inspirasi mereka. Ada banyak peluang untuk memanfaatkan potensi diaspora itu sendiri karena masyarakat Indonesia telah menyebar ke banyak bagian di Amerika Serikat. IDN sendiri tentunya terlibat dalam sejumlah program inisiatif untuk mempromosikan budaya Indonesia.
Beberapa contohnya seperti, diadakannya pameran. Pameran ini memiliki stan yang didedikasikan untuk berbagai topik tentang Indonesia termasuk makanan, fotografi terkait berbagi tempat wisata di Indonesia, dan lainnya. Kemudian paada tanggal 5 Mei 2015, Asian American Resource Center menjadi tuan rumah Forum Warisan Kuliner Asia Pasifik di Amerika Serikat. Beberapa koki dan bumbu rempah khas Indonesia hadir. IDN-Austin juga memamerkan berbagai macam masakan Indonesia. Festival juga dilaksanakan pada cabang IDN-USA Philadelphia, perayaan ini berjalan selama seminggu. Festival ini menunjukkan beberapa hal yang berkaitan dengan Indonesia. Mulai dari kelas membatik, les tari tradisional, peragaan busana yang mengenakan pakaian batik, musik dan masakan Indonesia. Selain itu, IDN-USA cabang Philadelphia menjadi tuan rumah agenda Indonesia pada malam tahunan yang dikenal sebagai Indonesian Night. Seperti bermain alat musik Angklung, belajar memasak masakan Indonesia dan berinteraksi dengan sutradara Indonesia. berikutnya dalam agenda Partai Rakyat. Beberapa acara diselenggarakan antara lain food fair, tari daerah Indonesia, pentas lawakan, dan lain-lain.
Diaspora yang dulu hanya dilihat sebelah mata, kini menjadi salah satu aset bangsa Indonesia. Sebelumnya diaspora hanya melalui Tenaga Kerja Indonesia (TKI), komunitas diaspora Indonesia kini hadir dalam berbagai bidang pekerjaan. Keberadaan Indonesian Diaspora Network (IDN) yang diikuti kehadirannya di banyak negara dan pada dasarnya merata di seluruh dunia membuat komunitas diaspora Indonesia saat ini semakin berkembang. Mengingat masyarakat Indonesia hidup tersebar di seluruh dunia, membuatnya sangat membantu para diaspora. Para diaspora juga memiliki kontak secara langsung dengan orang-orang di seluruh dunia. Penting untuk memanfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Interaksi tatap muka dapat menyampaikan pengetahuan dan informasi secara lebih efisien dan cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H