Â
Komunikasi serta interaksi adalah hal yang sudah menjadi kegiatan yang kita lakukan sehari-hari apabila bertemu dengan seseorang mau pun dengan sekelompok orang. Berkat adanya komunikasi serta interaksi, kita dapat mengetahui lawan bicara kita jauh lebih baik, sehingga memungkinkan kita untuk bertukar pikiran atau pun ide-ide. Komunikasi lintas budaya sendiri merupakan suatu interaksi yang dinamis antara sekelompok orang dan lingkungannya. Namun apa jadinya jika lawan bicara kita memiliki latar belakang yang sangat berbeda dengan kita? Seperti berbeda budaya, bahasa, bahkan bangsa. Tentunya ini adalah hal yang cukup krusial, mengingat adanya kemungkinan terjadinya kesalahpahaman antara pihak yang melakukan komunikasi.
Persoalan ini sering dialami oleh para ekspatriat Jepang yang berada di Indonesia. Seperti yang kita ketahui, banyak sekali perbedaan budaya antara Indonesia dan Jepang. Mereka kerap kali merasa kebingungan bahkan kesulitan dalam beradaptasi di negara baru yang jauh berbeda dengan Jepang, hal ini biasa disebut dengan culture shock, dan kunci dari suksesnya beradaptasi itu sendiri adalah komunikasi. Mengingat mereka adalah seorang ekspatriat, kesuksesan dalam bekerja tentunya sangat krusial dan dibutuhkan komunikasi yang baik antar pekerja di dalam perusahaan. Para pekerja asal Jepang ini mengaku belum pernah memiliki pengalaman bekerja di luar negeri sama sekali, yang membuat mereka kesulitan beradaptasi di lingkungan baru yaitu Indonesia. Menurut jurnal yang diterbitkan oleh ASPIKOM, ada beberapa hal yang menyebabkan terjadinya komunikasi lintas budaya di lingkungan kerja, terlebih di Indonesia, diantara lainnya adalah sebagai berikut:
- Komunikasi Pribadi
Para pekerja asal Jepang ini belum terlalu mahir dalam berbahasa Indonesia, meskipun dalam bidang pekerjaan itu sendiri mereka jauh lebih mumpuni. Salah satu pekerja mengaku bahwa ia sebenarnya mengerti bagaimana menulis, membaca, dan memahami bahasa Indonesia, namun ia masih merasa kesulitan apabila ia harus berkomunikasi dengan orang Indonesia diluar kantornya. Para pekerja lokal mengatakan bahwa percakapan yang mereka lakukan dalam bahasa Indonesia dengan para pekerja asal Jepang ini harus dilakukan secara perlahan, sebab mereka masih kurang mengerti apabila pekerja lokal berbicara dengan nada yang cepat dalam bahasa Indonesia. Kekurangan dalam berbahasa ini tentunya banyak menyebabkan miskomunikasi.
- Budaya Kerja yang Berbeda
Selain dengan perbedaan bahasa, tentunya Jepang dan Indonesia memiliki perbedaan budaya dalam bekerja. Para ekspatriat Jepang ini mengaku bahwa ada banyak sekali perbedaan mindset antara keduanya. Seperti, pekerja Indonesia cenderung lebih menghindari konflik dengan tidak mengutarakan opininya yang nantinya ia harus bertanggung jawab atas opininya tersebut, kemudian mengenai gaji, gaji mereka cenderung naik per tahunnya yang membuat para pekerja lokal sudah puas dan mereka bekerja sesedikit mungkin (kurang maksimal), para pekerja Jepang memiliki mindset untuk membuat pekerjaan mereka jauh lebih efektif sedangkan pekerja lokal tidak memikirkan hal tersebut. Para pekerja Indonesia kerap kali memakai cuti atau izin mereka dengan alasan keluarga, yang dimana hal ini sangat jarang sekali terjadi di Jepang, sehingga membuat para pekerja asal Jepang kebingungan. Secara keseluruhan, para pekerja asal Jepang ini menilai bahwa ritme bekerja di Indonesia jauh lebih lambat dibandingkan Jepang.
- Kontak dan Aktivitas Komunikasi Interpersonal
Menurut pengakuan para pekerja asal Jepang ini, sebagian besar dari mereka tidak memiliki teman atau teman dekat orang asli Indonesia. Hal ini disebabkan oleh prioritas utama mereka adalah pekerjaan, sehingga membangun pertemanan dengan orang Indonesia terbilang sulit bagi mereka. Disamping itu, mereka mengaku bahwa mereka kerap kali pergi keluar bersama pekerja lokal, seperti karaoke bersama, makan bersama, berbuka puasa bersama, bahkan menghadiri pernikahan pekerja lokal untuk memberi ucapan selamat.
- Lingkungan
Pekerja asal Jepang tentunya telah memiliki kebiasaan yang berbeda pada lingkungan mereka sebelumnya, terutama berdasarkan regulasi yang diberikan pemerintah setempat. Salah satu pekerja asal Jepang mengaku bahwa regulasi yang berlaku cukup membebani mereka, yaitu regulasi bekerja pada akhir pekan atau hari libur. Ia mengaku apabila di Jepang ia bekerja di akhir pekan atau hari libur, maka dipekan berikutnya akan ada penambahan hari libur bekerja sebagai pengganti hari libur yang ia tidak dapatkan dipekan sebelumnya. Sedangkan, semenjak ia bekerja di Indonesia, terkadang ia harus bekerja di akhir pekan atau hari libur tanpa mendapat hari libur tambahan di pekan selanjutnya sebagai pengganti.
- Media Massa
Sebagian besar pekerja asal Jepang ini menyatakan bahwa mereka kerap kali menggunakan media massa Indonesia untuk mempelajari bahasa Indonesia. Seperti menonton acara Opera Van Java di Televisi, membaca buku-buku referensi atau buku komik doraemon dalam bahasa Indonesia. Melalui menonton dan membaca, ia mengaku bahwa kedua hal ini membantunya untuk belajar kosa kata baru, cara pengucapan, serta bahasa gaul. Ia juga menjadi mengerti tentang regulasi-regulasi baru yang ditetapkan oleh pemerintahan Indonesia melalui siara berita di Televisi. Selain itu mereka juga mempelajari bahasa Indonesia melalui mendengarkan lagu serta membaca liriknya melalui Youtube. Mereka menonton sembari membaca kamus bahasa Indonesia demi mendapatkan pemahaman yang lebih.
- Kecenderungan
Para ekspatriat Jepang ini mengaku bahwa mereka tidak mendapat pelatihan khusus di Jepang sebelum berangkat ke Indonesia. Namun, mereka memiliki kecenderungan untuk belajar atau mencari informasi secara mandiri. Seperti, populasinya, agama, budaya, makanan, cuaca, serta sejarah perangnya. Mereka juga menemukan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang cocok untuk dijadikan destinasi wisata.
- Transformasi Antarbudaya
Meskipun para ekspatriat Jepang merasa kan berbagai macam kesulitan saat beradaptasi di Indonesia, mereka selalu mencari cara untuk mengatasinya dan akhirnya mendapatkan hasil yang cukup memuaskan bagi mereka. Mereka juga merasa cukup nyaman tinggal di Indonesia, bahkan mereka kerap kali melakukan kebiasaan-kebiasaan orang Indonesia tanpa mereka sadari. Salah satu pekerja asal Jepang ini juga mengaku bahwa Indonesia akan selalu menjadi bagian dalam dirinya, ia juga menerapkan kebiasaan yang ia pelajari di Indonesia saat di Jepang, seperti menyapa staff supermarket, hal ini bukanlah hal yang biasa di Jepang. Sedangkan pekerja yang lain mengaku bahwa dengan ia bekerja di Indonesia, pandangannya terhadap dunia kerja semakin meluas (tidak selalu berpatok pada cara orang Jepang bekerja).
Pada persoalan diatas, maka dapat diketahui bahwa komunikasi lintas budaya di lingkungan kerja Indonesia terjadi dalam berbagai macam bentuk. Untuk beradaptasi di lingkungan baru terlebih negara baru, mereka bergantung pada dua hal utama. Pertama, berapa lama mereka tinggal di negara tersebut. Semakin lama mereka tinggal di Indonesia, maka semakin familiar pula mereka dengan Indonesia itu sendiri. Kedua, komunikasi, dalam hal ini adalah bahasa Indonesia. Semakin pandai mereka dalam berbahasa Indonesia, maka semakin efisien pula pekerjaan mereka. Â Dengan demikian, komunikasi lintas budaya adalah hal yang cukup krusial, terlebih untuk kita yang hidup di era globalisasi modern ini.