5xfinal 5xpula gagal juara, dan runner up bagi saya sama sekali bukan prestasi, apalagi bagi sebuah negara besar seperti Indonesia. Jangan lg ada kompromi buat kegagalan, sepakbola sudah terlalu lama mati suri dan kita terlalu lama dibuai dengan kata2 juara tanpa mahkota, sudah bisa masuk final adalah prestasi tak terkira, perjuangan sudah sampai titik darah penghabisan tapi hanya bermodalkan semangat pantang menyerah tapi tanpa pola strategi yg baik.. semua itu omong kosong.Â
Bagi saya juara ya angkat piala, masuk final adalah keharusan, dan sudah saatnya kita insan pecinta timnas sepakbola khususnya harus lebih kritis akan prestasi dr timnas sepakbola kita, jgn lg kita terbuai akan julukan juara tanpa mahkota, sejarah hanya mencatat nama juara 1, Â bukan nama juara 2. Tanpa menafikan perjuangan para pemain timnas, tp sudah saatnya kita ubah mentalitas juara tanpa mahkota yg slama ini sudah seperti hal yg slalu kita maklumi.Â
Mulai dr ganti pelatih, jika kita tidak mampu bayar pelatih yg mumpuni jgn asal pilih pelatih yg penting pelatih asing walaupun pelatih tersebut sudah terbukti gagal dan slalu dengan alasan yg sama, persiapan yg mepet. Kenapa kita tidak maksimalkan pelatih lokal, sambil mencari pelatih asing yg mumpuni yg blom tersedia karena alasan gaji yg kemahalan. Thailand, Vietnam, Malaysia aja bisa juara dengan pelatih lokalnya kenapa kita tidak?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H