Dalam Rangka Memperingati Hari Kanker Sedunia 4 Februari 2020
Untuk Semua Pejuang Kanker
Baru 1 bulan yang lalu saya selesai menjalani kemoterapi yang ke 8. Peristiwa 9 bulan yang lalu tepatnya bulan April 2019 masih membekas sampai saat ini ketika sy divonis adanya cancer payudara pada tubuh saya. Siapa menyangka saya yg menjalani hidup sehat bertahun tahun, menjalankan prinsip hidup sehat mulai dari makanan, mengelola stress, istirahat yang cukup  hingga  olahraga teratur saya jalani secara konsistent dan hal ini dibuktikan hasil MCU saya bulan November 2019  hasilnya A.
Saya juga termasuk orang yang rajin control ke dokter termasuk urusan alat reproduksi wanita yang rentan terhadap cancer. Satu satunya yg meyakinkan saya bahwa saya bisa kena cancer adalah genetic.. Ibu saya 4 orang bersaudari, 1 orang kanker payudara, 1 orang kanker servix., ibu saya sendiri tumor payudara  sementara kakak saya kanker. thyroid. Semua tante dan kakak saya survivor lebih dari 20 tahun.
Vonis bulan April menjatuhkan mental saya ke dasar jurang yg paling dalam. Saya bertanya '"knp harus saya ? knp harus saya? Kenapa ada cancer di tubuh saya ? Untuk apa olah raga saya , makanan sehat untuk apa ? Lagi lagi saya tidak menemukan jawabannya kecuali ada faktor genetik. Walaupun saya tidak menerima vonis dokter saat itu, saya tidak lari ke pengobatan alternative. Mungkin hal ini berdasarkan pengalaman tante dan kakak saya yang melakukan pengobatan medis dan survive sampai saat ini.
Saya mengikuti anjuran dokter untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan mamografi dan MRI untuk memastikan bahwa benjolann yg ada merupakan cancer. Setelah hasil pemeriksaan sudah jelas akhirnya saya menjalani mastektomi bulan Mei 2019. Hasil patologi menyatakan bahwa Cancer sy 2 cm dan sudah berada di permukaan pembuluh darah namun tidak ada di kelenjar getah bening dan responsive estrogen.
Stadium berapa ? Antara 1 dan 2. Kalau dokter rmenuliskannya T2N0M0. Saya nggak terlalu ingat dengan lainnya karena bagi saya yg penting adalah pengobatan selanjutnya. Menurut dokter , tindakan operasi hanyalah 10 % dari seluruh pengobatan cancer tindakan selanjutnya yang lebih penting adalah seperti kemoterapi, terapi hormone dan lain lain. Dari hasil patologi pengobatan selanjutnya yang harus saya jalani adalah kemoterapi 4 kali dilanjutkan makan obat untuk terapi hormon.
Membayangkan kemoterapi dengan membaca baca pengalaman para warrior atau survivor membuat saya stress karena membayangkan dampaknya.  Akhirnya  daripada stress, saya pasrah. Kemoterapi pertama, berjalan lancar karena saya hanya mual 3 hari tapi nggak sampai muntah. Kemoterapi ke 2 saya diare hebat dan muntah hingga dirawat di rumah sakit. Kemoterapi ke 3, saya mulai mengelola dampak kemoterapi dengan makan hanya dikukus atau direbus, tidak makan asam atau pedas, makan sedikit sedikit tapi sering, minum pakai sedota.  Dampaknya saya menjalani kemoterapi ke 3 dan ke 4 lebih happy. Setelah kemoterapi ke 4 sy dievaluasi secara keseluruhan.
Hasil evaluasi membuat saya meraung raung lagi krn penanda tumor payudara CA 15-3 malah naik. Menurut dokter kasus seperti saya sangat jarang. Karena nggak mau ambil resiko, atas seijin dokter saya mengambil second opinion ke Singapore. Saya sangat beruntung dokter  mengijinkan bahkan beliau yg membuat surat pengantar ke dokter di Singapore. Hasil second opinion di Singapore meyakinkan saya untuk menjalani kemoterapi seri  ke 2 sebanyak 4 ssii. Mungkin krn secara mental saya sangat siap ditambah optimisme dan ditambah lagi jus pelangi yang sy minum , selama kemoterapi seri ke 2 sebanyak 4 sesi saya tidak mual sama sekali. Puji Tuhan hasil evaluasi setelah kemoterapi sesi ke 2, CA 15-3 sdh normal dan pemerikasaan yag lainnya juga normal. Saat ini saya menjalani terapi hormonal untuk 5 tahun sd 10 tahun ke depan.
 Saya menuliskan pengalaman saya ini untuk memberikan semangat kepada rekan rekan yang saat ini divonis cancer agar terus melanjutkan pengobatan sampai selesai. Jadikan pengobatan medis yang paling utama, jadikan dokter menjadi rekan diskusi untuk mendapatkan pengobatan yang terbaik. Ketika kita divonis cancer, pasti kita tidak bisa menerimanya.
Percayalah bahwa ketika kita sakit dan meminta kesembuhan pada Tuhan, kita pasti akan sembuh. Iman kepercayaan kita akan kuasa Tuhan memberikan kita semangat untuk menjalani pengobatan yang panjang dan memberikan rasa optimisme dalam diri kita bahwa kesembuhan itu akan menghampiri kita. Jangan menyerah, mari kalahkan kanker
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H