Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Hujan Bulan September

24 September 2022   12:25 Diperbarui: 24 September 2022   12:31 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://www.flickr.com

Hujan Bulan September mulai menggenangi percakapan serta cipratan sepi di kotamu. Sedangkan aku baru saja berteduh dari kata-kata, majas-majas serta janji yang belum terpenuhi. Matahari telah padam, malam berjingkat mengusung kegelapan.

Di kotamu, jejak silam menguar. Di antara remah mimpimu, kupunguti padma yang tak berbunga. Kurangkai menjadi seuntai fatwa rindu, cuaca sedang patah hati.

Kuharap ada mimpi di pucuk dinihari. Menjumlahkan bilangan sepi. Menuangkan dalam keramaian bincang. Bukan gaduh yang memecah percakapan. Mengalirlah kenangan, ke penjuru hatimu. Aku masih disini. Mencintaimu selamanya.


SINGOSARI, 24 September 2022

Sumber gambar https://www.flickr.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun