Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sejatinya Fana

1 September 2022   07:39 Diperbarui: 1 September 2022   07:42 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar https://www.wallpaperbetter.com

Kusadari,
Aku hanyalah bayang
Sebentang layar lakon 

Kusuarakan,
Lirihnya gema
Dari alunan kidung

dan terkadang,
Aku sibuk mendidihkan golak
membiarkan menguap

Kiranya demikian fana tercipta
Dari kepingan bayang, gema dan uap
Sekedip senyap dilahap waktu

Tak ada lagi yang melekat
Hanya pasi, piatu dan malu

Sejatinya kita hanyalah gugusan fana yang segera berlalu
Mengapa harus saling melukai?

SINGOSARI, 1 September 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun