Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Fatwa Rindu

8 September 2021   22:53 Diperbarui: 10 September 2021   13:44 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenangan merintik bagai gerimis. Mendinginkan sisa kesepian.

Aku tak lagi berteduh di beranda masa lalu. Sudah kukemasi majas-majas dari kata yang menjadi sesembahan. Serta lembaran sajak-sajak yang belum usai hingga tapal batas kota.

Ada spasi antara senja dan petang yang sempat menguar. Aromanya menyeretmu dalam jajaran padma yang tak berbunga. Seketika matamu nanar.

Sesuap harapan kutawarkan padamu, dari sisa mimpi diantara remah roti semalam. Namun, keningmu bukan lagi tempat bibirku mendarat. Hasrat kesendirianmu seperti aniaya yang tak terkatakan. Kubuka lagi kisah dalam fiksi, dimana kita pernah merawat bunga-bunga yang mencala rupa indah di taman.

Semakin larut gerimis menjadi hujan lebat. Kenangan menggenang di pelataran. Kubangan membasahi rindu yang berdebu, sisanya kelopak bunga hanyut terbawa jarak, entah sampai kapan fatwa rindu ini bermuara di samudra hatimu.  


SINGOSARI, 8 September 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun