Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Mencintai dalam Diam

23 Mei 2021   23:40 Diperbarui: 26 Mei 2021   22:15 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pohon cinta. (sumber: pixabay.com/distelAPPArath)

Pandanganmu bagai air terjun yang membiaskan pelangi indah.
Rambutmu merimba meneduhkan paras ayu.
Aku memagut hening diantara arus bisikmu.
Dersik menjadi penengah kita.
Apakah aku harus menenggelamkan diri?

"Turunlah ke lembah dulu, agar kau tahu kedalaman cinta bukan sekedar kata-kata," suaramu begitu bening.

Memandangmu adalah keheningan yang tak mampu kuterka.
Adakah yang paling diam dari kita yang saling mencintai dalam diam untuk cinta yang tak pernah diam?

Entahlah, siapa yang akan berpulang dalam keheningan hati.
Jika mencintaimu dalam diam adalah pohon cinta di tengah sabana.
Maka merahlah pohon cintaku, membiarkan daun rindu berguguran menghampar hingga di halaman hatimu.


SINGOSARI, 23 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun