Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mimbar Pemimpin

20 Mei 2021   08:30 Diperbarui: 20 Mei 2021   14:16 127
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://ichef.bbci.co.uk

Baru kali ini ada pemimpin dunia yang lantang berkata: "Segera kubur senjata kalian, jangan lagi meledakkan bom, jangan lagi melukai, jangan lagi berperang. Akhiri sekarang juga, sebaiknya kita segera saling mema'afkan."

Lalu pidato singkat itu disambut tepuk tangan riuh oleh dersik.  

Pemimpin itu turun dari mimbar yang terbuat dari potongan meja belajar warna merah muda kusam. Seraya menatap saujana ke seluruh bentala.

Menyalami satu persatu boneka berdebu diatas puing-puing bangunan. Jejak kakinya kecil, sekecil bibirnya yang sedang senandika.

Sayup-sayup terdengar berita dari pimpinan dunia: "Atas nama bangsa, kami mengutuk peperangan ini"

Dan perang belum usai juga sampai sandyakala mewarnai derana.


SINGOSARI, 20 Mei 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun