Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Nafas yang Berasap

17 Maret 2021   17:48 Diperbarui: 17 Maret 2021   17:56 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cleanspacetechnology.com

Temanku orang salih
Orang pun akan mengira aku salih

Lalu,

Aku berteman orang jahat
Maka orang pun mengira aku jahat

Konon, ajal memiliki takdir yang berbeda
Hidup bahagia bisa menderita
Sehat jasmani bisa sakit

Kudekati asap batubara, dadaku sesak.
Kupesan tabung oksigen, paru-paruku terlanjur sengal.

Konon, ajal abadi di pangkuan-Nya.
Aku tak berdebat tentang putih dan hitam.
Juga tak mampu mengubah hitam menjadi putih.
Apalagi mencampur keduanya menjadi kelabu.

Menyumbat cerobong asap sangatlah sulit.
Tinggi sekali, kalau jatuh bagaimana?
Membungkam kata-kata juga sulit.
Dia dekat kita, tapi nafasnya berasap.


SINGOSARI, 17 Maret 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun