Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Apakah Rombongan Moge Sebuah Ancaman?

28 Februari 2021   09:24 Diperbarui: 28 Februari 2021   10:15 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://asset.kompas.com

Ingin menambah kejadian lagi terkait rombongan moge? Masih ingat kejadian penerapan nomor ganjil genap di Bogor saat Satgas Covid-19 dengan segenap jajaran hanya melihat rombongan moge melaju begitu saja?

Tentu bukan salah satgas covid-19. Sebagaimana kejadian sebelumnya dan kejadian dimanapun, rombongan moge seperti memperoleh angin. Entah dikawal polisi atau tidak, rombongan moge seolah memberi kesan kepada pengendara lain, "Menyingkirlah atau bersalah."

Sebagai pengendara yang sama-sama menggunakan jalan umum kita hanya mengumpat dalam hati, atau pasrah untuk menepi daripada urusannya panjang, ruwet dan arogan.

Berapa banyak korban akibat rombongan moge pun sudah tak tercatat. Mungkin juga dilupakan. Seorang pengawal polisi yang mengawal romobongan mobil ukuran jumbo (kali ini bukan moge) di Malang pernah menjadi bukti bahwa tak selamanya menjadi pengawal rombongan itu tak berisiko. Alhasil polisi itu pun harus menemui ajal karena kecelakaan saat rombongan mobil ukuran jumbo melintasi jalur padat kota Malang. Dalam hal ini ingin disampaikan pesan bahwa baik pengendara maupun pengawal sebuah rombongan (konvoi) memiliki risiko yang sama besar. Apalagi risiko terhadap pengendara lain di jalan umum. Sekali lagi jalan umum. Jalan umum! (haruskah bertanda seru?).

Apa yang dibanggakan dari sebuah rombongan moge? Apakah ingin membuat jalur sendiri yang bisa menggeber kencang moge hingga ratusan kilometer perjam? Atau hanya ingin menunjukkan bahwa ada pengendara khusus yang membutuhkan perhatian? Atau jangan-jangan kita memang tak lagi menghormati pengendara lain hanya gara-gara kita memiliki dan mengendarai moge?

Entahlah, dibalik kegiatan sosial mereka justru tak terlihat sosial mereka di jalanan. Mereka seperti menutupi arogansi dengan semangat peduli, memberi bantuan serta menyantuni. Namun berbeda saat di jalan, di saat semua menikmati kemacetan, justru mereka seperti ambulan yang seolah nyawanya berharga dibanding lainnya. Pada kesempatan ini saya ucapkan selamat bertugas untuk paspampres yang masih punya hati dan bertindak sesuai prosedur. Ucapan untuk rombongan moge? Utamakan keselamatan pengendara lain. Mereka bukan kalian dan kalian tak seperti mereka. Untuk apa arogan di jalan jika risiko mati kecelakaan adalah bukan tujuan. Untuk menunjukkan kekayaan dan kegagahan tak selalu dengan moge bukan?

Ternyata rombongan moge bukan hanya menjadi ancaman di ring 1 istana presiden. Mungkin sudah lama masyarakat memendam dalam hati bahwa rombongan moge menjadi ancaman jiwa mereka. Jiwa yang tak bisa dibeli dengan harga berapapun jumlah moge di dunia.

Ini hanyalah catatan kisah perjalanan motor gede (moge). Bukan perjalanan ambulan yang terkadang jarang mendapat pengawalan dan harus tersendat gara-gara kemacetan.

SINGOSARI, 28 Februari 2021

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun