Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Sajak Penyaji Kopi

31 Januari 2021   21:50 Diperbarui: 31 Januari 2021   22:09 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://image.freepik.com/

Tolong jangan baca sajakku.
Ada kopi pahit sedang menyamar di depan bibirmu.

Di warung ini kita fana.
Remang-remang menyamar jadi aku.
Sedangkan kau, perempuan cantik penyaji kopi.

Bapak pernah cerita,
hati-hatilah dengan perempuan penyaji kopi di warung,
jika lengah kau akan menjadi kopi pahit yang menyambar umpan bibir tersenyum.

"Apakah ibu dulu penyaji kopi?" tanyaku pada bapak.

Bapak tak menjawab.
Di rumah ini hanya ibu yang setia, menghadirkan secangkir kopi saat mentari bertamu.

"Bapak dan kopi sama saja, keduanya pernah diuji oleh pahit" kata ibu sambil mendekat menyajikan kopi diatas meja.

Aku jadi ingat dirimu, saat diam tak menjawab tanyaku, "Maukah kau menjadi kopi dari anak-anakku?"


SINGOSARI, 31 Januari 2021

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun