Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi: Tentang Malam Tahun Baru Kemarin

1 Januari 2021   20:51 Diperbarui: 2 Januari 2021   22:39 336
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: defickry.com)

Semalam hujan bagai sebuah acara perpisahan. Menangisi kepergian tahun silam. Tak ada perayaan maupun konvoi. Kita masing-masing cukup menjadi kembang api. Melesat keatas, menyala, meletup lalu sepi.

Kulihat tukang becak meringkuk berbalut sarung. Ia sedang menjinakkan mimpi liar. Mengangkut penumpang yang hendak membuang kenangan pada jalanan basah oleh resah.

Sampai di warung yang tutup. Bangku-bangku mengantri sepi. Penjualnya sedang memburu angan-angan di belukar ketidakberdayaan. Pembeli rela menjejali perutnya dengan orasi santapan nikmat. Berharap daging pada lembaran uang yang kerasan menyepi di dompet.

Ambulan berkeliaran dan melolong seperti serigala, siapa yang keluar akan diterkamnya. Maka, orang tua kehabisan dongeng, anak-anak tertidur setelah memberi tanda lonceng. Kuota data berjaga di setiap rumah. Tak ada kantuk yang dicuri maling.

Hanya aku yang getir, melihat kalender mengelap pipinya yang gerimis. Ia berkata: "Aku pamit dulu, maaf jika selama ini mengurungmu, sekarang kamu sudah bebas, silahkan memetik kelopak bunga sesuka hatimu"

Tahun dua puluh bergegas mengemasi serpihan harapan, ia pergi bersama penumpang tua yang tak sempat melunasi catatan hutang. Orang-orang hanya menabur kelopak bunga diatas kisahnya yang terkubur waktu.

SINGOSARI, 1 Januari 2021

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun