Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jogging

Sesungguhnya aku tiada, hingga Tuhan membenamkan cinta di relung rusuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Tak Ada Suara Terdengar

6 November 2020   01:34 Diperbarui: 6 November 2020   01:39 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pbs.twimg.com

Hujan sudah reda, tak ada suara yang benar-benar ingin kita dengar.
Seperti mentari yang enggan terbit, pun seperti pelangi yang pudar.
Aku menatap waktu yang tak berdetak, dan ini benar-benar tak ada suara.

Barangkali ada rekaman-rekaman suara, dimana sahabat masa kecil memberi ucapan selamat ulang tahun.
Sebuah perhatian terindah: karena perhatian membangun ingatan dalam bilik ingatan kita.
Bilik yang tak bersuara -- seperti bilik dalam ingatanmu pula.

Hujan sudah reda, tak ada suara yang benar-benar ingin kita dengar.
Aku juga tak sanggup mendengar ihwal kesedihan.
Meski hanya suara gemerisik kertas koran yang memuat peristiwa yang diulang-ulang manusia.
Nyatanya mereka tak mendangar apapun dari mata yang mengeja aksara demi aksara.

Fajar melahirkan pagi, siang membesarkan terik, dan senja mengakhiri penantian.
Ibu bertanya "apa kamu tidak pulang liburan ini nak?" aku belum memberikan suara yang melegakan hatinya.
Sebab memang tak ada suara apapun.
Seperti suara yang lengang saat kita berpamitan melepas jabat tangan -- tentu kau masih bisa merasakan hangat jemari itu bukan?

Awan tebal tak bersuara, diam-diam menurunkan gerimis yang senyap.
Lalu kemana suara yang benar-benar ingin kita dengar?
Kita tak tahu pasti -- bahkan nurani sering kita abaikan demi menemukan suara yang sejatinya hampa.


SINGOSARI, 6 November 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun