apa kau masih malas menjadi penerang hidup sesama?
coba lihatlah diriku.
setiap malam aku suntuk bekerja.
orang-orang lalu lalang dengan selamat.
entah mereka berucap syukur atau tidak,
tapi aku tak berharap ucapan terima kasih.
buat apa?
bagiku yang terpenting orang-orang bisa pulang dengan selamat.
jangan sampai salah alamat atau malah kesasar ke kuburan keramat.
kadang aku juga diterjang angin, sampai masuk angin.
kalau kemarau keringat deras mengalir,
jika penghujan kuyub sekujur tubuh.
tapi,
aku hanya ingin menerangi jalan orang-orang.
meski orang-orang memaki diriku saat padam gara-gara korsleting.
jadi, apakah kau yakin ingin menjadi penerang hidup sesama?
***
SINGOSARI, 24 Oktober 2020
Selamat menerangi dunia wahai puisi nyeleneh, semoga kau terang-terangan, tidak sungkan lagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H