mumpung malam minggu cerah, kelihatannya tak ada jomlo yang unjuk rasa. kuturuti saja ajakan teman. sambil menggendong kenangan. serta menggamit duka seadanya.
kami berempat, laki-laki semua hendak menagih janji pada malam minggu. hari gini mau ajak pacar, mana ada yang mau? jaga jarak bang! kata mereka.
sepakat kami berempat menuju kafe. ternyata di kafe sudah ramai sekali. maklum, disana sedang dijajakan kesedihan. diobral murah meriah. banting harga.Â
hanya kebahagiaan yang sedikit peminat. harganya tidak terlalu mahal sebenarnya, hanya orang-orang malas menawar dengan rasa syukur. itu saja.
sepakat kami berempat duduk di meja paling sudut. di setiap meja kesedihan dibanding-bandingkan. kami juga begitu, lebih agresif membandingkan kesedihan siapa yang paling dalam.
malam minggu telah melunasi janji. kami puas membagikan kesedihan. kini waktunya pulang. kami sudah merasa tenang. sedikit ceria.Â
kau tahu mengapa?
sebab kesedihan kami tinggal diatas meja. tergeletak begitu saja. pengunjung lain juga membiarkan. tumpukan kesedihan di rubung lalat. pelayan juga malas membersihkannya. sampai dinihari, tak ada satupun maling yang berniat mencurinya.Â
SINGOSARI, 24 Oktober 2020
Selamat berjuang puisi nyleneh, semoga kau temukan yang aneh