Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Secangkir Rindu yang Tumpah

22 Oktober 2020   21:37 Diperbarui: 22 Oktober 2020   21:42 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ttps://2.bp.blogspot.com

Kita berjumpa lagi pagi ini. Semua rinduku kau tuang dalam secangkir harapan. Aku yakin, kau akan merasakan demikian. Sebab banyak anak tangga yang akan kau turuni. Menuju taman mawar di beranda rumahmu.

Kita hendak bercakap-cakap. 

Tidak......, tidak jadi. Aku tercenung. Teraduk sendiri di dalam cangkir

Mengapa kau suguhkan cangkir itu pada lelaki perlente. Aku tak kenal siapa dia. Mengapa ia ada disini?

Aku ingin tumpah. Sebelum ia menyeruput seluruh tubuhku.

Cilaka, aku tumpah di lantai, kaki lelaki itu justru menghempasku.

"Wah lantainya jadi basah, maaf ya sayang"

Aku berlinangan gugur ke bumi. Serabut akar mawar mengajakku naik ke tangkai mawar. Disana aku telah menancapkan seribu duri di tangkai. Meruncingkan segenap cemburu. Saat urat nadi lelaki itu bersandiwara di depan matamu yang terbujuk rayuan.


SINGOSARI, 22 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun