Perempuan itu merajut baju dari rintik gerimis. Jemarinya lebih cekatan daripada kilat di langit. Lalu diberikannya baju rajutan itu kepada rindu yang lahir dari rahim senja. Sejenak ada kehangatan dalam suka dukanya.
Saat malam merayakan gigil, rindu tak lagi membara. Satu persatu kabut tersangkut di baju rajutan. Rindu pura-pura sepi, padahal ia sudah mati semenit yang lalu.Â
SINGOSARI, 18 Oktober 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!