Mohon tunggu...
SANTOSO Mahargono
SANTOSO Mahargono Mohon Tunggu... Pustakawan - Penggemar Puisi, Cerpen, Pentigraf, Jalan sehat, Lari-lari dan Gowes

Pada mulanya cinta adalah puisi. Baitnya dipetik dari hati yang berbunga

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kisah Bijak Sandyakala

13 Oktober 2020   18:56 Diperbarui: 13 Oktober 2020   20:29 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://cdn.pixabay.com

Sandyakala baru saja menitipkan gurat jingga untuk Oktober yang beranjak remaja. Disaksikan oleh sepasang cemara yang tegar menghalau bayu di perbukitan sendu. Sebentar lagi petang membuka lembaran dongeng, yang mengantarkan keceriaan kanak-kanak ke hamparan mimpi yang luas.

Di petang ini, aku masih menyimak kisah Sandyakala yang membungkus bulan. Kenangan lama dibuka kembali dari ikatan ranting cemara, tali sepatu bekas serta kaleng-kaleng minuman ringan. Saat itu fonasi kehidupan tetap melaju mengikuti lokomotif tua yang mengepulkan asap. Ia menarik gerbong-gerbong malas yang didinginkan kabut.

Sayup-sayup terdengar anak surau melafazkan namaMu diantara tiang-tiang perahu yang membenamkan Sandyakala. Jika hidup hanya terlahir dan mati, mengapa pula hendak melawan waktu? bukankah di stasiun berikutnya belum tentu ada penjual makanan seenak buatan ibumu? Ingatlah rahim, jangan memburu lalim.


SINGOSARI, 13 Oktober 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun